A. MATERIAL LANSEKAP
Arsitektur Lansekap pada dasarnya berkaitan erat dengan pembentukan ruang luar atau ruang terbuka. Pembentukan ruang tersebut sangat tergantung dari komponen pembentuk ruang. Sedangkan komponen pembentukan ruang terdiri dari bidang alas, bidang dinding, dan bidang atap. Kualitas nilai ruang tergantung dari fungsi ruang yang diinginkan. Gubahan ruang terhadap fungsi ruang yang ingin dihasilkan dapat tergubah melalui bidang-bidang sebagai komponen pembentuk ruang. Bidang yang dimaksud terbentuk karena adanya unsur material yang direkayasa sesuai bentuk, tekstur, warna, dan ukuran dimensi yang diciptakan. Untuk hal itulah maka pengetahuan dan penguasaan serta pemahaman terhadap material/ bahan lansekap menjadi penting.
Di samping pemahaman terhadap karakteristik bentuk bahan, juga perlu diketahui fungsi, spesifikasi, paska pemeliharaan dari bahan, serta nilai ekonomis.
Dalam Arsitektur Lansekap dikenal 2 (dua) bagian besar material lansekap, yakni material lunak (soft materials) dan material keras (hard materials).
1. Material Lunak (Soft Materials)
Kelebihan dari Arsitektur Lansekap dalam menggubah ruang, adalah dapat "menggubah ruang" dengan komponen material lunak, yaitu tanaman/pepohonan dan air.
Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Jadi dalam perancangan lansekap, tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropic, dikenal 2 (dug) macam tanaman ditinjau dari massa daunnya, yakni
• Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
• Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim pangs daun berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat, atau sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan (Delonix regia), Angsana (Pterocarpus indicus), atau jenis Gymnospermae.
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers) dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun. Contohnya antara lain jenis Cemara.
Pemahaman dan penguasaan dari material tanaman yang dimaksud terutama terhadap karakteristik dan habitat tanaman.
Karakteristik tanaman terdiri dari:
1. bentuk (tajuk, batang, cabang, ranting, dan daun),
2. tekstur (batang dan daun),
3. warna (batang, daun, dan bunga,
4. fungsi tanaman, dan
5. tinggi dan lebar tanaman.
Habitus tanaman terdiri dari:
1. pola pertumbuhannya,
2. sistem perakarannya,
3. tempat tumbuhnya, dan
4. pola pemeliharaannya.
Bentuk Tajuk Tanaman
Bentuk tajuk tanaman terdiri dari :
Fungsi Tanaman
Fungsi tanaman secara ekologis adalah
1. Menyerap CO2 dan menghasilkan 02 (oksigen) bagi makhluk hidup di siang hari.
2. Memperbaiki iklim setempat.
3. Mencegah terjadinya erosi/ pengikisan muka tanah (run off).
4. Menyerap air hujan.
2. Material Keras (Hard Materials)
Telah diuraikan bahwa hal-hal yang perlu dipahami dalam pengetahuan bahan adalah
1. karakteristik bentuk bahan,
2. fungsi,
3. spesifikasi,
4. pasca pemeliharaan dari bahan, serta
5. nilai ekonomisnya.
Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar yaitu
1. material keras alami (organic materials);
2. material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in their natural state);
3. material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly modified state);
4. material keras buatan sintetis/tiruan (synthetic materials);
5. material keras buatan kombinasi (composite material).
a. Material Keras Alami (Organic Materials)
Material ini berasal dari bahan alami, yaitu kayu. Bermacam-macam
jenis kayu yang dapat dijadikan bahan material bagi desain lansekap.
Kayu dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan furniture
lansekap, retaining wall, ataupun perkerasan. Kekuatan kayu berbeda
beda tergantung dari keaweta,inya. Keawetan kayu tergantung dari
penempatannya. Kayu yang terlindung dari hujan dan sinar matahari tidak
akan lekas rusak. Untuk mempertinggi sifat keawetan kayu, dapat
diusahakan dengan mengecat/mengu rang i kadar air, diberi obat pengawet. Untuk penggunaan konstruksi, di Indonesia kayu terbagi dalam 5 (lima)
kelas kekuatan (baca Frick Heinz. Ir, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, 1982).
Arsitektur Lansekap pada dasarnya berkaitan erat dengan pembentukan ruang luar atau ruang terbuka. Pembentukan ruang tersebut sangat tergantung dari komponen pembentuk ruang. Sedangkan komponen pembentukan ruang terdiri dari bidang alas, bidang dinding, dan bidang atap. Kualitas nilai ruang tergantung dari fungsi ruang yang diinginkan. Gubahan ruang terhadap fungsi ruang yang ingin dihasilkan dapat tergubah melalui bidang-bidang sebagai komponen pembentuk ruang. Bidang yang dimaksud terbentuk karena adanya unsur material yang direkayasa sesuai bentuk, tekstur, warna, dan ukuran dimensi yang diciptakan. Untuk hal itulah maka pengetahuan dan penguasaan serta pemahaman terhadap material/ bahan lansekap menjadi penting.
Di samping pemahaman terhadap karakteristik bentuk bahan, juga perlu diketahui fungsi, spesifikasi, paska pemeliharaan dari bahan, serta nilai ekonomis.
Dalam Arsitektur Lansekap dikenal 2 (dua) bagian besar material lansekap, yakni material lunak (soft materials) dan material keras (hard materials).
1. Material Lunak (Soft Materials)
Kelebihan dari Arsitektur Lansekap dalam menggubah ruang, adalah dapat "menggubah ruang" dengan komponen material lunak, yaitu tanaman/pepohonan dan air.
Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Jadi dalam perancangan lansekap, tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropic, dikenal 2 (dug) macam tanaman ditinjau dari massa daunnya, yakni
• Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
• Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim pangs daun berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat, atau sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan (Delonix regia), Angsana (Pterocarpus indicus), atau jenis Gymnospermae.
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers) dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun. Contohnya antara lain jenis Cemara.
Pemahaman dan penguasaan dari material tanaman yang dimaksud terutama terhadap karakteristik dan habitat tanaman.
Karakteristik tanaman terdiri dari:
1. bentuk (tajuk, batang, cabang, ranting, dan daun),
2. tekstur (batang dan daun),
3. warna (batang, daun, dan bunga,
4. fungsi tanaman, dan
5. tinggi dan lebar tanaman.
Habitus tanaman terdiri dari:
1. pola pertumbuhannya,
2. sistem perakarannya,
3. tempat tumbuhnya, dan
4. pola pemeliharaannya.
Bentuk Tajuk Tanaman
Bentuk tajuk tanaman terdiri dari :
Fungsi Tanaman
Fungsi tanaman secara ekologis adalah
1. Menyerap CO2 dan menghasilkan 02 (oksigen) bagi makhluk hidup di siang hari.
2. Memperbaiki iklim setempat.
3. Mencegah terjadinya erosi/ pengikisan muka tanah (run off).
4. Menyerap air hujan.
2. Material Keras (Hard Materials)
Telah diuraikan bahwa hal-hal yang perlu dipahami dalam pengetahuan bahan adalah
1. karakteristik bentuk bahan,
2. fungsi,
3. spesifikasi,
4. pasca pemeliharaan dari bahan, serta
5. nilai ekonomisnya.
Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar yaitu
1. material keras alami (organic materials);
2. material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in their natural state);
3. material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly modified state);
4. material keras buatan sintetis/tiruan (synthetic materials);
5. material keras buatan kombinasi (composite material).
a. Material Keras Alami (Organic Materials)
Material ini berasal dari bahan alami, yaitu kayu. Bermacam-macam
jenis kayu yang dapat dijadikan bahan material bagi desain lansekap.
Kayu dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan furniture
lansekap, retaining wall, ataupun perkerasan. Kekuatan kayu berbeda
beda tergantung dari keaweta,inya. Keawetan kayu tergantung dari
penempatannya. Kayu yang terlindung dari hujan dan sinar matahari tidak
akan lekas rusak. Untuk mempertinggi sifat keawetan kayu, dapat
diusahakan dengan mengecat/mengu rang i kadar air, diberi obat pengawet. Untuk penggunaan konstruksi, di Indonesia kayu terbagi dalam 5 (lima)
kelas kekuatan (baca Frick Heinz. Ir, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, 1982).
1. Kayu kelas 1 (satu), antara lain Kayu hitam (Diospyros celebica Bakh), Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri,T), dan Sawo kecik (Ma nilka ra kauki Dub).
2. Kayu kelas 2 (dua), antara lain Jati (Tectona grandis L.1) dan Puspa (Tetramerista glabra Mig).
3. Kayu kelas 3 (tiga), antara lain Damar (Agathis borneensis Warb) dan Meranti merah (Shorea spec,Div).
4. Kayu kelas 4 (empat), antara lain Kemiri (Aleuritis moluccana Willd) dan Angsana (Pterocarpus indicus,Div).
5. Kayu kelas 5 (lima), antara lain Jeunjing (Albizia falcata, Backer).
b. Material Keras Alami dari Potensi Geologi (Inorganic Materials Used in Their Natural State)
b. Material Keras Alami dari Potensi Geologi (Inorganic Materials Used in Their Natural State)
b. material keras alami dari potensi geologi
Material yang dimaksud antara lain batu-batuan, pasir, dan batu bata. Material batu-batuan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu
susunan dinding ataupun pola lantai. Batu-batuan dapat menghasilkan
kesan tekstur kasar atau halus.
Batu besar (batu kali) dapat juga dijadikan sebagai ornamen artistik
dalam suatu taman.
c. Material Keras Buatan Bahan Metal
Yang dimaksud, antara lain alumanium, besi, perunggu, tembaga, dan baja.
d. Material Keras Buatan Sintetis/Tiruan (Synthetic Materials)
Contoh dari material sintertis atau tiruan, antara lain bahan plastik/fiberglass.
e. Material Keras Buatan Kombinasi (Composite Materials)
Beton dan plywood merupakan contoh dari bahan materials keras buatan kombinasi
susunan dinding ataupun pola lantai. Batu-batuan dapat menghasilkan
kesan tekstur kasar atau halus.
Batu besar (batu kali) dapat juga dijadikan sebagai ornamen artistik
dalam suatu taman.
c. Material Keras Buatan Bahan Metal
Yang dimaksud, antara lain alumanium, besi, perunggu, tembaga, dan baja.
d. Material Keras Buatan Sintetis/Tiruan (Synthetic Materials)
Contoh dari material sintertis atau tiruan, antara lain bahan plastik/fiberglass.
e. Material Keras Buatan Kombinasi (Composite Materials)
Beton dan plywood merupakan contoh dari bahan materials keras buatan kombinasi
B. SKALA
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia.
Patung Pangeran Diponegoro di Taman Monumen Nasional bila dilihat dari jarak tertentu sulit untuk diperkirakan berapa tinggi patung tersebut Namun bila di samping patung tersebut berdiri seseorang, barulah kita dapat memperkirakan ketinggiannya dengan pemikiran bahwa tinggi orang tersebut 1,60 meter. Jadi, jelas bahwa skala akan bermanfaat bila adil ukuran manusia sebagai perbandingannya.
Ada tiga macam skala, yaitu sebagai berikut.
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia.
Patung Pangeran Diponegoro di Taman Monumen Nasional bila dilihat dari jarak tertentu sulit untuk diperkirakan berapa tinggi patung tersebut Namun bila di samping patung tersebut berdiri seseorang, barulah kita dapat memperkirakan ketinggiannya dengan pemikiran bahwa tinggi orang tersebut 1,60 meter. Jadi, jelas bahwa skala akan bermanfaat bila adil ukuran manusia sebagai perbandingannya.
Ada tiga macam skala, yaitu sebagai berikut.
1. Skala Manusia
Pada skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak ruang manusia terhadap objek atau bendy yang dirancang.
Pada skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak ruang manusia terhadap objek atau bendy yang dirancang.
2. Skala dalam arsitektur adalah suatu kemampuan manusia secara kualitas untuk membandingkan bangunan atau ruang.
Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat langsung dikaitkan dengan ukuran manusia. Pada ruang yang melebihi jangkauan manusia penentuan skala harus didasarkan pada pengamatan visual dengan membandingkannya dengan ketinggian manusia sebagai tolok ukurnya.
Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat langsung dikaitkan dengan ukuran manusia. Pada ruang yang melebihi jangkauan manusia penentuan skala harus didasarkan pada pengamatan visual dengan membandingkannya dengan ketinggian manusia sebagai tolok ukurnya.
3. Skala Ruang dalam Lingkungan Kota
Dalam skala ini lebih banyak digunakan skala manusia dan skala generik. Ada beberapa macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yakni sebagai berikut.
1) Skala ruang intim
Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi manusia yang berada di dalamnya. Pengertian kecil bukan berarti dikecilkan hingga menjadi kerdil.
Sebagai contoh, sebuah taman pada bangunan rumah tinggal cende¬rung untuk membentuk ruang intim. Pada ruang intim ini hampir seluruh detail elemen perkerasan atau tanaman akan terlihat jelas. Bentuk, tekstur, warna, dan aroma perlu menjadi pertimbangan perancangan dalam menerapkan skala ruang kecil. Biasanya untuk skala ruang ke¬cil keintiman akan timbul karena gerak manusia sangat terbatas.
2) Skala ruang monumental
Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu objek yang mempunyai nilai tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut. Manusia akan terangkat perasaan spiritualnya dan terkesan pada keagungan yang dirasakannya. Tugu Monumen Nasional merupakan suatu contoh yang jelas pada penggunaan skala monumental.
3) Skala ruang kota
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta ling) ungan manusianya, sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
Plasa kota merupakan suatu contoh yang jelas. Ukuran lugs plasa sebaiknya minimum sama dengan bangunan utama dari plasa tersebut, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali bangunan utama. Plasa yang besar dan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi tidak sesuai skalanya, demikian pula halnya bila sebuah objek menara tinggi di antara rumah- rumah kecil.
4) Skala ruang menakutkan
Pada skala ini objek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas skala ukuran manusia. Hal ini akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi dengan jarak antarbangunan yang berdekatan.
Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangannya menjadi 1°.
Mirten dalam tulisannya, Skala in Civic Design, menyatakan bahwa bila orang melihat lurus ke depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40°.
Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut pandangannya 27°, atau dalam perbandingan jarak bangunan (distance) dibagi dengan tinggi bangunan (house) sama dengan 2.
Menurut Yoshinobu Ashiara dalam buku Open Spaces menuliskan tentang perbandingan antara jarak antarbangunan (D) dan tinggi bangunan (H) sebagai berikut.
D/H=1 , ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya.
D/H<1 , ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa tertekan.
D/H>1 , ruang terasa agak besar.
D/H>/2 , pengaruh ruang tidak akan terasa.
Sedangkan menurut Paul D. Spriegen, perbandingan antara tempat seseorang berdiri (D) dengan objek tinggi bangunannya (H), bila;
D/H=1 , cenderung memperhatikan detail daripada keseluruhan bangunan.
D/H=2 , cenderung untuk melihat bangunan sebagai sebuah komponen
keseluruhan bersama dengan detailnya.
D/H=3 , bangunan terlihat dalam hubungan dengan lingkungannya.
D/H=2 , bangunan dilihat sebagai pembatas ke depan saja.
Skala dalam hubungannya dengan Gambar dan Peta
Skala dalam gambar dan peta dinyakan dalam :
1. Skala angka atau skala pecahan (numeric scale/fraction scale)
Perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya dinyatakan dalam bentuk angka/pecahan yang sederhana.
Contoh :
Skala 1 : 100, artinya 1 cm di peta/gambar = 100 cm keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Skala 1 : 50.000, artinya. 1 cm di peta/gambar = 50.000 cm di lapangan.
2. Skala verbal (skala 1 inc : 1 mil atau skala 1 cm : 1 km) Jenis skala ini sering dipergunakan terutarna pada peta topografi di Amerika atau negara-negara lain yang menggunakan satuan bukan metrik.
Contoh:
Skala 1 inci : 4 mil, 1 inci di peta. 4 mil di lapangan.
Skala 1 cm : 5 krn, 1 cm di peta 5 km di lapangan.
3. Skala grafik (grafic scale atau bar scale)
Skala ini ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang sama di mana tiap bagian menunjukkan kesatuan-kesatuan yang sama.
Untuk memperbesar atau memperkecil skala peta ada beberapa cara. Salah satunya adalah dengan Square Method. Yaitu dengan membuat garis bantu berupa petak-petak atau garis grid pada, kertas gambar yang baru. Petak garis bantu tersebut disesuaikan dengan perbesaran atau perkecilan peta yang diinginkan.
Contoh:
Pada peta dengan skala 1 : 5.000, dibuat garis petak-petak dengan ukuran
4 cm. Bila kita ingin memperkecil menjadi skala, 1 : 20.000, maka garis bantu petak yang dibuat pada kertas gambar baru sebesar:
Dalam skala ini lebih banyak digunakan skala manusia dan skala generik. Ada beberapa macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yakni sebagai berikut.
1) Skala ruang intim
Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi manusia yang berada di dalamnya. Pengertian kecil bukan berarti dikecilkan hingga menjadi kerdil.
Sebagai contoh, sebuah taman pada bangunan rumah tinggal cende¬rung untuk membentuk ruang intim. Pada ruang intim ini hampir seluruh detail elemen perkerasan atau tanaman akan terlihat jelas. Bentuk, tekstur, warna, dan aroma perlu menjadi pertimbangan perancangan dalam menerapkan skala ruang kecil. Biasanya untuk skala ruang ke¬cil keintiman akan timbul karena gerak manusia sangat terbatas.
2) Skala ruang monumental
Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu objek yang mempunyai nilai tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut. Manusia akan terangkat perasaan spiritualnya dan terkesan pada keagungan yang dirasakannya. Tugu Monumen Nasional merupakan suatu contoh yang jelas pada penggunaan skala monumental.
3) Skala ruang kota
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta ling) ungan manusianya, sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
Plasa kota merupakan suatu contoh yang jelas. Ukuran lugs plasa sebaiknya minimum sama dengan bangunan utama dari plasa tersebut, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali bangunan utama. Plasa yang besar dan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi tidak sesuai skalanya, demikian pula halnya bila sebuah objek menara tinggi di antara rumah- rumah kecil.
4) Skala ruang menakutkan
Pada skala ini objek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas skala ukuran manusia. Hal ini akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi dengan jarak antarbangunan yang berdekatan.
Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangannya menjadi 1°.
Mirten dalam tulisannya, Skala in Civic Design, menyatakan bahwa bila orang melihat lurus ke depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40°.
Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut pandangannya 27°, atau dalam perbandingan jarak bangunan (distance) dibagi dengan tinggi bangunan (house) sama dengan 2.
Menurut Yoshinobu Ashiara dalam buku Open Spaces menuliskan tentang perbandingan antara jarak antarbangunan (D) dan tinggi bangunan (H) sebagai berikut.
D/H=1 , ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya.
D/H<1 , ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa tertekan.
D/H>1 , ruang terasa agak besar.
D/H>/2 , pengaruh ruang tidak akan terasa.
Sedangkan menurut Paul D. Spriegen, perbandingan antara tempat seseorang berdiri (D) dengan objek tinggi bangunannya (H), bila;
D/H=1 , cenderung memperhatikan detail daripada keseluruhan bangunan.
D/H=2 , cenderung untuk melihat bangunan sebagai sebuah komponen
keseluruhan bersama dengan detailnya.
D/H=3 , bangunan terlihat dalam hubungan dengan lingkungannya.
D/H=2 , bangunan dilihat sebagai pembatas ke depan saja.
Skala dalam hubungannya dengan Gambar dan Peta
Skala dalam gambar dan peta dinyakan dalam :
1. Skala angka atau skala pecahan (numeric scale/fraction scale)
Perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya dinyatakan dalam bentuk angka/pecahan yang sederhana.
Contoh :
Skala 1 : 100, artinya 1 cm di peta/gambar = 100 cm keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Skala 1 : 50.000, artinya. 1 cm di peta/gambar = 50.000 cm di lapangan.
2. Skala verbal (skala 1 inc : 1 mil atau skala 1 cm : 1 km) Jenis skala ini sering dipergunakan terutarna pada peta topografi di Amerika atau negara-negara lain yang menggunakan satuan bukan metrik.
Contoh:
Skala 1 inci : 4 mil, 1 inci di peta. 4 mil di lapangan.
Skala 1 cm : 5 krn, 1 cm di peta 5 km di lapangan.
3. Skala grafik (grafic scale atau bar scale)
Skala ini ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang sama di mana tiap bagian menunjukkan kesatuan-kesatuan yang sama.
Untuk memperbesar atau memperkecil skala peta ada beberapa cara. Salah satunya adalah dengan Square Method. Yaitu dengan membuat garis bantu berupa petak-petak atau garis grid pada, kertas gambar yang baru. Petak garis bantu tersebut disesuaikan dengan perbesaran atau perkecilan peta yang diinginkan.
Contoh:
Pada peta dengan skala 1 : 5.000, dibuat garis petak-petak dengan ukuran
4 cm. Bila kita ingin memperkecil menjadi skala, 1 : 20.000, maka garis bantu petak yang dibuat pada kertas gambar baru sebesar:
C. SIRKULASI
Kinetika dari gerakan merupakan suatu studi tentang sifat gerakan. Studi tentang pergerakan ini diuraikan oleh J.O. Simond, Landscape Architecture dan beberapa buku rujukan, antara lain Laurie, An Introduction to Landscape Architecture; Eckbo, Urban Landscape Design dan Ruben¬stein, Guide to Site and Environmental Planning.
Pada uraian di bawah ini akan disarikan pendapat tentang pergerakan kinetika.
1. Berbagai Bentuk Lintasan
Macam-macam bentuk lintasan, antara lain:
• bentuk bergelung-gelung
• bentuk menyimpang
• bentuk melingkar
• bentuk berliku
• bentuk hiperbolis
• bentuk centrifugal
• bentuk centripetal
• bentuk berbelok ke kiri ke kanan
• bentuk melayang ke atas
• bentuk mendaki
• bentuk descending
• bentuk busur
• bentuk langsung
BENTUK LINTASAN DALAM GRAFIK
Kecepatan dari pergerakan itu dapat bervariasi mulai dari gerak lambat (merayap, merangkak) hingga gerak cepat (kilat).
Sifat gerak yang dapat ditampilkan antara lain:
• sifat menenangkan (soothing)
• sifat mencengangkan (startling)
• sifat mengagetkan (shocking)
• sifat mematahkan (baffling)
• sifat logis (logical)
• sifat bertahap-tahap (sequential)
• sifat maju (progressive)
• sifat bertingkat-tingkat (hieratic)
• sifat lurus (tinier)
• sifat bergelombang (wayelike)
• sifat mengalir (flowing)
• sifat bercabang (branching)
• sifat menyebar (diverging)
• sifat mengumpul (converging)
• sifat malu-malu, ragu-ragu (timorous)
• sifat kuat (forceful)
• sifat meluas (expanding)
• sifat berkerut (contracting)
Perpaduan antara kecepatan gerak dan sifat pergerakan terhadap suatu subjek akan menghasilkan suatu rasa emosional tertentu, sehingga dalam mendesain suatu lintasan gerak, harus dikontrol dengan hati-hati.
2. Manusia dan Pergerakan
a. Faktor-faktor yang merangsang manusia untuk cenderung bergerak, antara lain:
• bila ada sesuatu yang menyenangkan
• bila ada bends-bends yang diinginkan
• sedikit mempunyai halangan
• adanya tanda atau petunjuk yang jelas dan mengarah
• bila ada sesuatu yang sesuai atau cocok
• bila sesuatu mempunyai kegunaan
• bila sesuatu mempunyai days tarik
• untuk menuju jalan masuk
• bila ada sesuatu yang berbeda
• untuk mencapai suatu tujuan
• bila ada sesuatu yang menakjubkan dan rasa ingin tahu
• bila menerima sesuatu
• menuju suatu titik yang mempunyai warna dan tekstur terkuat
• bila ada ruang-ruang yang menyenangkan
• bila ada rasa petualangan
• bila ada sesuatu yang indah, permai
• menuju objek atau daerah dan ruang yang cocok dengan hati atau kebutuhannya.
b. Faktor-faktor yang merangsang manusia untuk menolak bergerak, antara lain:
• ada rintangan
• ada sesuatu yang tidak menyenangkan
• ada sesuatu di luar perhatian
• ada sesuatu gesekan ada suatu penolakan
• ada sesuatu kekerasan
• ada permukaan yang curam
• ada sesuatu yang monoton
• kebosanan
• sesuatu yang'tidak diinginkan
• sesuatu yang melarang
• ada bahaya
• ada sesuatu yang tak serasi
c. Faktor yang membimbing manusia dalam pengarahan gerakan adalah
• gubahan dari bentuk-bentuk alarn.
• adanya pembagi ruang-ruang
• adanya tanda-tanda atau simbol-simbol
• adanya dinding pengarah atau penahan
• adanya pola sirkulasi
• tersedianya lajur-lajur
• bentuk-bentuk ruang
d. Faktor yang merangsang manusia untuk beristirahat:
• kondisi kenikmatan, kesenangan
• kesempatan untuk menangkap view, objek atau detail yang jelas
• halangan untuk bergerak
• terlibat dalam keadaan tanpa tujuan
• kesempatan untuk sesuatu yang bersifat pribadi
• kesempatan untuk konsentrasi
• ketidakmampuan untuk maju
• adanya gubahan yang menyenangkan untuk bentuk dan ruang
3. Jenis Pergerakan dan Pengaruhnya Bagi Manusia
a. Pergerakan Horizontal
Pengaruh pergerakan horizontal pada manusia dikarenakan adanya:
• pergerakan lebih mudah, lebih bebas, dan lebih efisien pada bidang horizontal
• perubahan arah lebih mudah
• pergerakan lebih aman
• pemilihan alternatif arah lebih banyak
• pergerakan lebih mudah dikontrol
• pergerakan lebih stabil karena keseimbangan gaga tarik bumf
• pandangan terhadap objek yang bergerak lebih mudah dikontrol
• mudah melihat objek-objek yang vertikal
b. Pergerakan Menurun atau ke Bawah
Pengaruh pergerakan ke bawah pada manusia karena adanya:
• usaha atau tenaga yang dikerahkan berkurang, namun sudut
• kemiringan harus dipertimbangkan
• adanya perasaan untuk bersembunyi, perlindungan, atau privacy perlindungan bawah tanah
• seakan-akan kembali ke alam primitif
• adanya konsep penyimpanan bawah tanah
c. Pergerakan Mendaki atau ke Atas
Pengaruh pergerakan ke atas pada manusia adalah
• bersifat menggembirakan
• membutuhkan tenaga tambahan
• merasa berpisahan dengan benda-benda di tanah
• mengambang dekat dengan matahari
• menambah rasa memiliki bidang lantai
• mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa
• usaha mencapai menara
• konsep manusia menantang langit
• berkesan kuat
• menakjubkan
• dramatis
4. Pengaruh Jarak Pada Sirkulasi
Jarak dapat mengganggu pola sirkulasi yang diterapkan. Jarak yang terlalu jauh menyebabkan pola sirkulasi yang direncanakan tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Perancang mempunyai tugas untuk memperkecil halangan tersebut, apalagi bila sirkulasi tersebut dikaitkan dengan faktor kecepatan dan pertimbangan ekonomi. Hal ini dapat diatas dengan penerapan pola sirkulasi yang bersifat langsung dan praktis.
D. TATA HIJAU
Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu
• Elemen keras (hard material); perkerasan, bahan statis.
• Elemen lembut (soft material); tanaman, air.
Bagi seorang arsitek lansekap, yang banyak menangani hubungan antara manusia, alam, dan teknologi bahan (bahan perkerasan serta, bahan alami) maka, materi tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan lansekap.
Elemen lembut (soft material) tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya.
Dalam kaitannya dengan perancangan lansekap, tata, hijau atau planting design merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan perancangan tanaman mencakup: habitus tanaman, karakter tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.
1. Habitus Tanaman
Habitus tanaman adalah tanaman yang dilihat dari segi botanic/ morphologic, sesuai dengan ekologis dan efek visual.
Segi botanic/morphologic, tanaman dibagi menjadi:
• Pohon batang berkayu, percabangan jauh dari tanah, berakar dalam, dan tinggi di atas 3,00 meter.
• Perdu batang berkayu, percabangan dekat dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 1,00-3,00 meter.
• Semak batang tidak berkayu, percabangan dekat dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 50 cm - 1,00 meter.
• Penutup tanah : batang tidak berkayu, berakar dangkal, dan tinggi 20 cm-50 cm.
• Rerumputan
Segi ekologis, tanaman dilihat dari tempat hidupnya.
• Dataran rendah
• Dataran tinggi
• Lereng
• Gurun
• Danau
• Pantai
2. Karakter Tanaman
Efek Visual
Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa dawn, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya.
Pemilihan jenis tanaman dalam suatu desain lansekap merupakan suatu seni dan ilmL. pengetahuan. Seni karena menyangkut komposisi elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena sangat dipengaruhi oleh iklim, usia, dan faktor alam. llmu pengetahuan menyangkut dari teknik peletakan, teknik penanaman dan pertumbuhannya.
Pemilihan jenis tanaman tergantung pada:
• fungsi tanaman, sesuai dengan tujuan perancangan;
• peletakan tanaman, sesuai dengan fungsi tanaman.
3. Fungsi Tanaman
Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Adapun fungsi tanaman adalah:
Berbagai fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai berikut.
• Kontrol pandangan (Visual control)
• Pembatas fisik (Physical barriers)
• Pengendali iklim (Dimate control)
• Pencegah erosi (Erosion control)
• Habitat satwa (Wildlife habitats)
• Nilai estetis (Aesthetic values)
a. Kontrol Pandangan (Visual Control)
Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu kendaraan pada:
1) Jalan raya
Dengan peletakan tanaman di sisi jalan atau di jalur tengah jalan. Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang padat. Padajalurjalan raya bebas hambatan, penanaman pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan. Sebaiknya pada jalur median ditanami tanaman semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi.
2) Bangunan
Peletakan pohon, perdu, semak, ground cover, dan rumput dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, hempasan air hujan, dan menahan jatuhnya sinar matahari ke daerah yang membutuhkan keteduhan.
• gubahan dari bentuk-bentuk alarn.
• adanya pembagi ruang-ruang
• adanya tanda-tanda atau simbol-simbol
• adanya dinding pengarah atau penahan
• adanya pola sirkulasi
• tersedianya lajur-lajur
• bentuk-bentuk ruang
d. Faktor yang merangsang manusia untuk beristirahat:
• kondisi kenikmatan, kesenangan
• kesempatan untuk menangkap view, objek atau detail yang jelas
• halangan untuk bergerak
• terlibat dalam keadaan tanpa tujuan
• kesempatan untuk sesuatu yang bersifat pribadi
• kesempatan untuk konsentrasi
• ketidakmampuan untuk maju
• adanya gubahan yang menyenangkan untuk bentuk dan ruang
3. Jenis Pergerakan dan Pengaruhnya Bagi Manusia
a. Pergerakan Horizontal
Pengaruh pergerakan horizontal pada manusia dikarenakan adanya:
• pergerakan lebih mudah, lebih bebas, dan lebih efisien pada bidang horizontal
• perubahan arah lebih mudah
• pergerakan lebih aman
• pemilihan alternatif arah lebih banyak
• pergerakan lebih mudah dikontrol
• pergerakan lebih stabil karena keseimbangan gaga tarik bumf
• pandangan terhadap objek yang bergerak lebih mudah dikontrol
• mudah melihat objek-objek yang vertikal
b. Pergerakan Menurun atau ke Bawah
Pengaruh pergerakan ke bawah pada manusia karena adanya:
• usaha atau tenaga yang dikerahkan berkurang, namun sudut
• kemiringan harus dipertimbangkan
• adanya perasaan untuk bersembunyi, perlindungan, atau privacy perlindungan bawah tanah
• seakan-akan kembali ke alam primitif
• adanya konsep penyimpanan bawah tanah
c. Pergerakan Mendaki atau ke Atas
Pengaruh pergerakan ke atas pada manusia adalah
• bersifat menggembirakan
• membutuhkan tenaga tambahan
• merasa berpisahan dengan benda-benda di tanah
• mengambang dekat dengan matahari
• menambah rasa memiliki bidang lantai
• mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa
• usaha mencapai menara
• konsep manusia menantang langit
• berkesan kuat
• menakjubkan
• dramatis
4. Pengaruh Jarak Pada Sirkulasi
Jarak dapat mengganggu pola sirkulasi yang diterapkan. Jarak yang terlalu jauh menyebabkan pola sirkulasi yang direncanakan tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Perancang mempunyai tugas untuk memperkecil halangan tersebut, apalagi bila sirkulasi tersebut dikaitkan dengan faktor kecepatan dan pertimbangan ekonomi. Hal ini dapat diatas dengan penerapan pola sirkulasi yang bersifat langsung dan praktis.
D. TATA HIJAU
Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu
• Elemen keras (hard material); perkerasan, bahan statis.
• Elemen lembut (soft material); tanaman, air.
Bagi seorang arsitek lansekap, yang banyak menangani hubungan antara manusia, alam, dan teknologi bahan (bahan perkerasan serta, bahan alami) maka, materi tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan lansekap.
Elemen lembut (soft material) tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya.
Dalam kaitannya dengan perancangan lansekap, tata, hijau atau planting design merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan perancangan tanaman mencakup: habitus tanaman, karakter tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.
1. Habitus Tanaman
Habitus tanaman adalah tanaman yang dilihat dari segi botanic/ morphologic, sesuai dengan ekologis dan efek visual.
Segi botanic/morphologic, tanaman dibagi menjadi:
• Pohon batang berkayu, percabangan jauh dari tanah, berakar dalam, dan tinggi di atas 3,00 meter.
• Perdu batang berkayu, percabangan dekat dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 1,00-3,00 meter.
• Semak batang tidak berkayu, percabangan dekat dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 50 cm - 1,00 meter.
• Penutup tanah : batang tidak berkayu, berakar dangkal, dan tinggi 20 cm-50 cm.
• Rerumputan
Segi ekologis, tanaman dilihat dari tempat hidupnya.
• Dataran rendah
• Dataran tinggi
• Lereng
• Gurun
• Danau
• Pantai
2. Karakter Tanaman
Efek Visual
Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa dawn, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya.
Pemilihan jenis tanaman dalam suatu desain lansekap merupakan suatu seni dan ilmL. pengetahuan. Seni karena menyangkut komposisi elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena sangat dipengaruhi oleh iklim, usia, dan faktor alam. llmu pengetahuan menyangkut dari teknik peletakan, teknik penanaman dan pertumbuhannya.
Pemilihan jenis tanaman tergantung pada:
• fungsi tanaman, sesuai dengan tujuan perancangan;
• peletakan tanaman, sesuai dengan fungsi tanaman.
3. Fungsi Tanaman
Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Adapun fungsi tanaman adalah:
Berbagai fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai berikut.
• Kontrol pandangan (Visual control)
• Pembatas fisik (Physical barriers)
• Pengendali iklim (Dimate control)
• Pencegah erosi (Erosion control)
• Habitat satwa (Wildlife habitats)
• Nilai estetis (Aesthetic values)
a. Kontrol Pandangan (Visual Control)
Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu kendaraan pada:
1) Jalan raya
Dengan peletakan tanaman di sisi jalan atau di jalur tengah jalan. Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang padat. Padajalurjalan raya bebas hambatan, penanaman pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan. Sebaiknya pada jalur median ditanami tanaman semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi.
2) Bangunan
Peletakan pohon, perdu, semak, ground cover, dan rumput dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, hempasan air hujan, dan menahan jatuhnya sinar matahari ke daerah yang membutuhkan keteduhan.
3) Kontrol pandangan terhadap ruang luar
Tanaman dapat dipakai untuk komponen pembentuk ruang sebagai dinding, atap, dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh tanaman semak sebagai border. Atap dibentuk oleh tajuk pohon yang membentuk kanopi atau tanaman merambat pada pergola. Sedangkan sebagai lantai dapat dipergunakan tanaman rumput atau penutup tanah (ground covers). Dengan demikian pandangan dari arah atau ke arah ruang yang diciptakan dapat dikendalikan.
Tanaman dapat dipakai untuk komponen pembentuk ruang sebagai dinding, atap, dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh tanaman semak sebagai border. Atap dibentuk oleh tajuk pohon yang membentuk kanopi atau tanaman merambat pada pergola. Sedangkan sebagai lantai dapat dipergunakan tanaman rumput atau penutup tanah (ground covers). Dengan demikian pandangan dari arah atau ke arah ruang yang diciptakan dapat dikendalikan.
4) Kontrol pandangan untukmendapatkan ruang pribadi (privacyspace)
Tanaman dapat dipergunakan untuk membatasi pandangan dari arch luar dalam usaha untuk menciptakan ruang pribadi /privacy space. Ruang pribadi ini biasanya ruang yang terlindung dari pandangan orang lain. Memerlukan penempatan tanaman pembatas pandangan setinggi 1,50 — 2,00 meter.
Tanaman dapat dipergunakan untuk membatasi pandangan dari arch luar dalam usaha untuk menciptakan ruang pribadi /privacy space. Ruang pribadi ini biasanya ruang yang terlindung dari pandangan orang lain. Memerlukan penempatan tanaman pembatas pandangan setinggi 1,50 — 2,00 meter.
5) Kontrol pandangan terhadap hat yang tidak menyenangkan
Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat seperti timbunan sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah.
b. Pembatas Fisik (Physical Barriers)
Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang pergerakan manusia dan hewan. Selain itu juga dapat berfungsi mengarahkan pergerakan.
c. Pengendali Wirn (Dimate Control)
Tanaman berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi sinar matahari, angin, kelembapan, suara, dan aroma.
1) Kontrol radiasi sinar matahari dan suhu
Tanaman menyerap pans dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga menurunkan suhu dan iklim mikro.
2) Kontrol pengendali angin
Tanaman berguna sebagai penahan, penyerap, dan mengalirkan tiupan angin sehingga menimbulkan iklim mikro. Jenis tanaman yang dipakai harus diperhatikan tinggi pohon, bentuk tajuk, jenis, kepadatan tajuk tanaman, serta lebar tajuk.
3) Pengendali suara
Tanaman dapat menyerar; suara kebisingan bagi daerah yang membutuhkanketenangan. Pemilihan jenis tanaman tergantungdari tinggi pohon, lebar tajuk, dan komposisi tanaman .
Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat seperti timbunan sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah.
b. Pembatas Fisik (Physical Barriers)
Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang pergerakan manusia dan hewan. Selain itu juga dapat berfungsi mengarahkan pergerakan.
c. Pengendali Wirn (Dimate Control)
Tanaman berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi sinar matahari, angin, kelembapan, suara, dan aroma.
1) Kontrol radiasi sinar matahari dan suhu
Tanaman menyerap pans dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga menurunkan suhu dan iklim mikro.
2) Kontrol pengendali angin
Tanaman berguna sebagai penahan, penyerap, dan mengalirkan tiupan angin sehingga menimbulkan iklim mikro. Jenis tanaman yang dipakai harus diperhatikan tinggi pohon, bentuk tajuk, jenis, kepadatan tajuk tanaman, serta lebar tajuk.
3) Pengendali suara
Tanaman dapat menyerar; suara kebisingan bagi daerah yang membutuhkanketenangan. Pemilihan jenis tanaman tergantungdari tinggi pohon, lebar tajuk, dan komposisi tanaman .
4) Penyaring Udara
Tanaman sebagai filter atau penyaring debu, bau, dan memberikan udara segar.
d. Pencegah Erosi (Erosion Control)
Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain menimbulkan efek positif juga menyebabkan efek negatif terhadap kondisi tanah/lahan. Misal dalam pembentukan muka tanah, pemotongan dan penambahan muka tanah (cut and fill, penggalian tanah untuk danau buatan. Kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh karena pengaruh air hujan dan embusan angin yang kencang. Mar tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan serta tiupan angin. Selain itu dapat pula berfungsi untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung ke permukaan tanah.
e. Habitat Satwa (Wildlife Habitats)
Tanaman sebagai sumber makanan bagi hewan Berta tempat berlindung kehidupannya. Hingga secara tidak langsung tanaman dapat membantu pelestarian kehidupan satwa.
f. Nilai Estetis (Aesthetic Values)
Memberikan nilai estetika dan meningkatkan kualitas lingkungan
Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (dawn, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman.
Nilai estetis tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya.
Sebagai contoh, tanaman dapat menimbulkan nilai estetis yang terjadi dari bayangan tanaman terhadap Binding, lantai, dan menimbulkan bayangan yang berbeda-beda akibat angin dan waktu terjadinya bayangan. Demikian pula bila tanaman diletakkan pada tepi atau sekeliling kolam akan menimbulkan bayang-bayang yang dicerminkan oleh permukaan air (refleksi). Ini menghasilkan suatu pemandangan yang menarik. Dalam konteks lingkungan, kesan estetis itu menyebabkan nilai kualitasnya akan bertambah.
a. Warna
Warna batang, daun, dan bunga dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung dari refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna daun dan bunga dari tanaman dapat menarik perhatian manusia, binatang, dan mempengaruhi emosi yang melihatnya. Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna seperti telah diuraikan sebelumnya, yakni warna cerah memberikan rasa senang, gembira dan hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Bila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetika.
b. Bentuk
Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk 2 atau 3 dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar atau memperluas pandangan, ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang.
c. Tekstur
Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh batang/percabangannya, massa daun, Berta jarak penglihatan terhadap tanaman tersebut. Tekstur tanaman juga mempengaruhi secara psikis dan fisik bagi yang memandangnya.
d. Skala
kala atau proporsi tanaman adalah perbandingan besaran
tanaman dengan tanaman lain atau perbandingan antara tanaman dengan lingkungan sekitarnya.
e. Peletakan Tanaman
Peletakan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perancangannya tanpa melupakan fungsi daripada tanaman yang dipilih.
Pada peletakan ini harus pula dipertimbangkan kesatuan dalam disain atau Unity, yaitu antara lain baca Hannebaum, Leroy, 1981, Landscape Design).
• Variasi (Variety)
• Penekanan (Accent)
• Keseimbangan (Ballance)
• Kesederhanaan (Simplicity)
• Urutan (Sequence)
Jadi, dalam perancangan tanaman lansekap, pemilihan jenis tanaman merupakan faktor penting.
E. FASILITAS PARKIR
Dengan semakin banyak dan berkembangnya alat transportasi darat serta semakin banyaknya lokasi kegiatan manusia yang tersebar di berbagai tempat, maka kebutuhan sarana jalan kendaraan semakin meluas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka kebutuhan akan tempat parkir semakin meningkat terutama di kota besar dan di tempat yang padat aktivitas. Tempat rekreasi, kawasan perkantoran, kawasan permukiman, dan kegiatan lainnya menuntut tersedianya tempat parkir.
Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak lansekap merupakan bagian dari prasarana lingkungan.
Beberapa pengertian mengenai tempat parkir, adalah sebagai berikut.
1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya, (Poerwadarminta, 1984).
2. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung pads kendaraan dan kebutuhannya (Peraturan Lalu Lintas).
3. Parkir adalah tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan/ barang (bermotor maupun tidak bermotor) pads suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju, 1996).
4. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara (Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir DirekturJenderal Perhubungan Darat).
Lokasi di mana kendaraan diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Peran fasilitas parkir dalam sistem transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat tujuan perjalanan dari pergerakan lalu lintas. Pergerakan-pergerakan lalu lintas tidak timbul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat dari pergerakan yang menuju ke suatu tempat tujuan perjalanan.
Di tempat tujuan kendaraan akan ditinggalkan selama beberapa waktu, saat pemiliknya menyelesaikan urusannya. Pada saat ditinggalkannya kendaraan inilah sebuah fasilitas parkir memegang peranan penting. Sebuah fasilitas parkir dikatakan berfungsi dengan balk apabila dengan adanya fasilitas parkir tersebut tidak terjadi konflik pada ruas jalan di sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah yang timbul pada fasilitas parkir apabila kebutuhan parkir tidak sesuai atau melebihi kapasitas parkir yang tersedia, sehingga kendaraan yang tidak tertampung pada tempat parkir akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas, pada ruas jalan sekitarnya.
Dalam penentuan tata letak parkir, mempunyai beberapa kriteria antara lain sebagai berikut.
1. Parkir terletak pada muka tapak yang datar.
2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan.
1. Parkir Terletak pada Muka Tapak yang Datar
Tempat parkir diusahakan berada pada permukaan yang datar. Apabila permukaan tanah asal mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading dengan sistem cut and fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan agar parkir dengan aman dan tidak menggelinding.
2. Penempatan Parkir Tidak Terlalu Jauh dari Pusat Kegiatan
Hubungan pencapaian antara tempat parkir dengan bangunan atau tempat kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
Ditinjau dari penggunaannya, tempat parkir terbagi atas berikut ini.
• Parkir kendaraan beroda lebih dari 4 (empat), misalkan bus dan truk.
• Parkir kendaraan beroda 4 (empat), misalkan sedan dan mini bus.
• Parkir kendaraan beroda 3 (tiga), misalkan bemo dan motor sispan.
• Parkir kendaraan beroda 2 (dua), misal sepeda dan sepeda motor.
Ditinjau dari sudut perancangannya (desain) maka kriteria dan prinsip tempat parkir secara garis besar harus memperhatikan faktor berikut.
1. Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir.
2. Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan lugs tempat parkir.
3. Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampung.
4. Mempunyai keamanan yang balk dan terlindung dari pangs pancaran sinar matahari.
5. Cukup penerangan cahaya di malam hari.
6. Tersedianya sarana penunjang parkir, misal tempat tunggu sopir, tempat sampah.
1) Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir
Untuk kegiatan yang berlangsung sepanjang waktu, maka tempat parkir perlu dilengkapi dengan penerangan yang Cukup. Penerangan dapat mempergunakan lampu taman setinggi 2,00 meter ataupun penempatan lampu jalan merkuri.
2) Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir
Luas tempat parkir disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang hendak ditampung. Melalui jumlah kendaraan yang ditampung dapat diketahui perkiraan luas yang dibutuhkan.
3) Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampung
Perhatikan standart dan ukuran dari jenis kendaraan yang hendak parkir.
4) Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari pangs pancaran sinarmatahari
Untuk mengurangi pangs sinar matahari di slang hari, tempat parkir sebaiknya diberikan tanaman peneduh di antara pembatas parkir.
Pemilihan jenis tanaman dilakukan dengan pertimbangan berikut.
• Tanaman berbentuk pohon atau perdu.
• Tanaman cukup kuat, tidak mudah patch.
• Tanaman tidak mengeluarkan getah yang dapat merusak cat kendaraan.
• Tanaman mempunyai tajuk yang lebar dan cukup padat.
• Tanaman mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak perkerasan.
• Tanaman tidak menggugurkan dahan dan ranting.
Contoh tanaman pohon untuk tempat parkir antara lain:
• Biola cantik (Ficus benyamina)
• Kiara payung (Filicium desifiens)
5) Cukup penerangan cahaya di malam hari
Di malam hari, tempat parkir mempunyai penerangan yang baik.
Dengan semakin banyak dan berkembangnya alat transportasi darat serta semakin banyaknya lokasi kegiatan manusia yang tersebar di berbagai tempat, maka kebutuhan sarana jalan kendaraan semakin meluas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka kebutuhan akan tempat parkir semakin meningkat terutama di kota besar dan di tempat yang padat aktivitas. Tempat rekreasi, kawasan perkantoran, kawasan permukiman, dan kegiatan lainnya menuntut tersedianya tempat parkir.
Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak lansekap merupakan bagian dari prasarana lingkungan.
Beberapa pengertian mengenai tempat parkir, adalah sebagai berikut.
1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya, (Poerwadarminta, 1984).
2. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung pads kendaraan dan kebutuhannya (Peraturan Lalu Lintas).
3. Parkir adalah tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan/ barang (bermotor maupun tidak bermotor) pads suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju, 1996).
4. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara (Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir DirekturJenderal Perhubungan Darat).
Lokasi di mana kendaraan diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Peran fasilitas parkir dalam sistem transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat tujuan perjalanan dari pergerakan lalu lintas. Pergerakan-pergerakan lalu lintas tidak timbul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat dari pergerakan yang menuju ke suatu tempat tujuan perjalanan.
Di tempat tujuan kendaraan akan ditinggalkan selama beberapa waktu, saat pemiliknya menyelesaikan urusannya. Pada saat ditinggalkannya kendaraan inilah sebuah fasilitas parkir memegang peranan penting. Sebuah fasilitas parkir dikatakan berfungsi dengan balk apabila dengan adanya fasilitas parkir tersebut tidak terjadi konflik pada ruas jalan di sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah yang timbul pada fasilitas parkir apabila kebutuhan parkir tidak sesuai atau melebihi kapasitas parkir yang tersedia, sehingga kendaraan yang tidak tertampung pada tempat parkir akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas, pada ruas jalan sekitarnya.
Dalam penentuan tata letak parkir, mempunyai beberapa kriteria antara lain sebagai berikut.
1. Parkir terletak pada muka tapak yang datar.
2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan.
1. Parkir Terletak pada Muka Tapak yang Datar
Tempat parkir diusahakan berada pada permukaan yang datar. Apabila permukaan tanah asal mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading dengan sistem cut and fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan agar parkir dengan aman dan tidak menggelinding.
2. Penempatan Parkir Tidak Terlalu Jauh dari Pusat Kegiatan
Hubungan pencapaian antara tempat parkir dengan bangunan atau tempat kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
Ditinjau dari penggunaannya, tempat parkir terbagi atas berikut ini.
• Parkir kendaraan beroda lebih dari 4 (empat), misalkan bus dan truk.
• Parkir kendaraan beroda 4 (empat), misalkan sedan dan mini bus.
• Parkir kendaraan beroda 3 (tiga), misalkan bemo dan motor sispan.
• Parkir kendaraan beroda 2 (dua), misal sepeda dan sepeda motor.
Ditinjau dari sudut perancangannya (desain) maka kriteria dan prinsip tempat parkir secara garis besar harus memperhatikan faktor berikut.
1. Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir.
2. Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan lugs tempat parkir.
3. Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampung.
4. Mempunyai keamanan yang balk dan terlindung dari pangs pancaran sinar matahari.
5. Cukup penerangan cahaya di malam hari.
6. Tersedianya sarana penunjang parkir, misal tempat tunggu sopir, tempat sampah.
1) Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir
Untuk kegiatan yang berlangsung sepanjang waktu, maka tempat parkir perlu dilengkapi dengan penerangan yang Cukup. Penerangan dapat mempergunakan lampu taman setinggi 2,00 meter ataupun penempatan lampu jalan merkuri.
2) Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir
Luas tempat parkir disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang hendak ditampung. Melalui jumlah kendaraan yang ditampung dapat diketahui perkiraan luas yang dibutuhkan.
3) Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampung
Perhatikan standart dan ukuran dari jenis kendaraan yang hendak parkir.
4) Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari pangs pancaran sinarmatahari
Untuk mengurangi pangs sinar matahari di slang hari, tempat parkir sebaiknya diberikan tanaman peneduh di antara pembatas parkir.
Pemilihan jenis tanaman dilakukan dengan pertimbangan berikut.
• Tanaman berbentuk pohon atau perdu.
• Tanaman cukup kuat, tidak mudah patch.
• Tanaman tidak mengeluarkan getah yang dapat merusak cat kendaraan.
• Tanaman mempunyai tajuk yang lebar dan cukup padat.
• Tanaman mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak perkerasan.
• Tanaman tidak menggugurkan dahan dan ranting.
Contoh tanaman pohon untuk tempat parkir antara lain:
• Biola cantik (Ficus benyamina)
• Kiara payung (Filicium desifiens)
5) Cukup penerangan cahaya di malam hari
Di malam hari, tempat parkir mempunyai penerangan yang baik.
6) Tersedianya sarana penunjang parkir misal tempat tunggu sopir, tempat sampah
Tempat parkir perlu dilengkapi tempat tunggu sopir. Pada tempat tertentu dilengkapi pula dengan pengeras suara untuk memanggil sopir. Karena tempat parkir merupakan area umum, maka diperlukan pula tempat garde jaga untuk penjaga keamanan.
Tempat parkir perlu dilengkapi tempat tunggu sopir. Pada tempat tertentu dilengkapi pula dengan pengeras suara untuk memanggil sopir. Karena tempat parkir merupakan area umum, maka diperlukan pula tempat garde jaga untuk penjaga keamanan.
(7) Bentuk Tempat Parkir
Bentuk tempat parkir kendaraan mempunyai beberapa jenis, yakni
Bentuk tempat parkir kendaraan mempunyai beberapa jenis, yakni
· Parkir tegak lurus (Perpandicular)
· Parkir sudut (Angle)
· Parkir paralel (Parallel)
· Parkir khusus bagi penderita cacat
· Parkir tegak lurus (Perpandicular)
(8)Perkerasan dan Konstruksinya
Ditinjau dari segi perkerasan dan konstruksinya dapat dibagi menjadi:
• perkerasan kedap air, dan
• perkerasan yang menyerap air.
F. PENCAHAYAAN
Suasana gelap dan terang dihasilkan karena adanya sumber energi cahaya yang mengarah ke mata manusia. Sumber cahaya yang menuju ke arah mata ditangkap oleh lensa mata dan diteruskan ke otak melalui saraf indra mata. Oleh otak manusia, cahaya tersebut diteruskan ke saraf lainnya hingga menimbulkan perasaan yang bermacam-macam. Secara alamiah sumber cahaya adalah matahari, bulan dan bintang, serta beberapa species makhluk hidup (kunang-kunang).
Sedangkan jenis dan bentuk sumber cahaya buatan antara lain:
1. Api pembakaran
2. Lampu minyak (obor, cempor)
3. Lampu minyak gas (petromak)
4. Lampu pijar (bulb light)
5. Lampu sorot (spot light)
6. Lampu neon (neon light)
Fungsi cahaya penerangan di malam hari dalam Arsitektur Landsekap sebagai berikut.
a. penerangan cahaya untuk ruang tempat kegiatan (parkir, plaza, dan pedestrian)
b. penerangan cahaya untuk sirkulasi
c. Penerangan cahaya untuk tanaman/pepohonan.
d. Penerangan cahaya untuk perabot lansekap (landscape furniture)
e. Penerangan cahaya untuk kolam/air mancur
f. Penerangan cahaya bagi benda seni (patung, ornamen lansekap)
1. Dampak Suasana Gelap bagi Manusia
Suasana gelap telah memberikan dampak pada manusia sebagai berikut.
a. Rasa takut
b. Rasa tidak jelas
c. Rasa menyeramkan
a. Rasa takut
Pernahkah kita merasakan padamnya, lampu ruangan? Suasana menjadi gelap gulita dan kita mempunyai perasaan takut dan cemas. Tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan rasa ketakutan. Ketakutan pada suasana gelap lebih banyak disebabkan adanya faktor pengalaman dan kebiasaan. Di daerah yang terbatas sumber cahaya penerangan, suasana bagi masyarakat di sang menjadi hal yang biasa.
Perasaan takut timbul karena faktor pengalaman yang dialami manusia. Misalkan, sejak kecil kita diberikan gambaran bahwa suasana gelap identik dengan rumah hantu. Akibatnya bila kita berada pada suasana tersebut akan terbayangkan rumah hantu yang menakutkan. Apalagi bila suasana gelap terdapat di ruang luar (ruang terbuka) dengan skala ruang yang besar, menyebabkan timbulnya pemikiran negatif terhadap sebuah benda. Namun pada umumnya, suasana gelap kurang memberikan suasana nyaman. Bila kita barn pertama kali memasuki suatu gua yang gelap, kita mempunyai rasa takut dan tegang. Namun, bila gua tersebut telah berulang kali kita singgahi, maka perasaan takut akan menghilang. Ini disebabkan karena kita telah terbiasa.
b. Rasa Tidak Jelas
Suasana gelap gulita membuat semua benda tidak mempunyai sinar pantulan untuk ditangkap oleh lensa mata. Hingga benda tersebut tidak terlihat dan menjadi tidak jelas bentuknya.
c. Rasa Menyeramkan
Perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat terjadi karena suasana gelap serta skala ruang yang luas dan langit-langit yang tinggi. Pernahkah kita mengunjungi tempat pemakaman (kuburan) di malam hari? Dalam suasana yang sepi, sinar penerangan yang terbatas, skala ruang yang terbuka dengan langit yang terbentang luas dan bentuk nisan, tentunya akan menimbulkan rasa seram. Atau bila kita berada pada suatu bangunan berskala besar dengan cahaya penerangan yang terbatas, kadang kala kita mempunyai persepsi menyeramkan pada bangunan tersebut. Jadi, perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat ditimbulkan oleh faktor skala dan cahaya penerangan di samping faktor bentuk, warna, serta teksturnya.
Dalam perancangan Arsitektur Lansekap, suasana gelap dan terang dapat menghasilkan suatu Mai dan kesan yang menarik terhadap tapak. Tata letak sumber cahaya terhadap benda atau elemen lansekap menyebabkan terjadinya bayang-bayang yang menimbulkan rangsangan beraneka ragam.
Untuk mendapatkan cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.
• Sumber cahaya di atas mata manusia.
• Sumber cahaya setinggi mata man usia.
• Sumber cahaya di bawah mata manusia.
Ditinjau dari segi perkerasan dan konstruksinya dapat dibagi menjadi:
• perkerasan kedap air, dan
• perkerasan yang menyerap air.
F. PENCAHAYAAN
Suasana gelap dan terang dihasilkan karena adanya sumber energi cahaya yang mengarah ke mata manusia. Sumber cahaya yang menuju ke arah mata ditangkap oleh lensa mata dan diteruskan ke otak melalui saraf indra mata. Oleh otak manusia, cahaya tersebut diteruskan ke saraf lainnya hingga menimbulkan perasaan yang bermacam-macam. Secara alamiah sumber cahaya adalah matahari, bulan dan bintang, serta beberapa species makhluk hidup (kunang-kunang).
Sedangkan jenis dan bentuk sumber cahaya buatan antara lain:
1. Api pembakaran
2. Lampu minyak (obor, cempor)
3. Lampu minyak gas (petromak)
4. Lampu pijar (bulb light)
5. Lampu sorot (spot light)
6. Lampu neon (neon light)
Fungsi cahaya penerangan di malam hari dalam Arsitektur Landsekap sebagai berikut.
a. penerangan cahaya untuk ruang tempat kegiatan (parkir, plaza, dan pedestrian)
b. penerangan cahaya untuk sirkulasi
c. Penerangan cahaya untuk tanaman/pepohonan.
d. Penerangan cahaya untuk perabot lansekap (landscape furniture)
e. Penerangan cahaya untuk kolam/air mancur
f. Penerangan cahaya bagi benda seni (patung, ornamen lansekap)
1. Dampak Suasana Gelap bagi Manusia
Suasana gelap telah memberikan dampak pada manusia sebagai berikut.
a. Rasa takut
b. Rasa tidak jelas
c. Rasa menyeramkan
a. Rasa takut
Pernahkah kita merasakan padamnya, lampu ruangan? Suasana menjadi gelap gulita dan kita mempunyai perasaan takut dan cemas. Tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan rasa ketakutan. Ketakutan pada suasana gelap lebih banyak disebabkan adanya faktor pengalaman dan kebiasaan. Di daerah yang terbatas sumber cahaya penerangan, suasana bagi masyarakat di sang menjadi hal yang biasa.
Perasaan takut timbul karena faktor pengalaman yang dialami manusia. Misalkan, sejak kecil kita diberikan gambaran bahwa suasana gelap identik dengan rumah hantu. Akibatnya bila kita berada pada suasana tersebut akan terbayangkan rumah hantu yang menakutkan. Apalagi bila suasana gelap terdapat di ruang luar (ruang terbuka) dengan skala ruang yang besar, menyebabkan timbulnya pemikiran negatif terhadap sebuah benda. Namun pada umumnya, suasana gelap kurang memberikan suasana nyaman. Bila kita barn pertama kali memasuki suatu gua yang gelap, kita mempunyai rasa takut dan tegang. Namun, bila gua tersebut telah berulang kali kita singgahi, maka perasaan takut akan menghilang. Ini disebabkan karena kita telah terbiasa.
b. Rasa Tidak Jelas
Suasana gelap gulita membuat semua benda tidak mempunyai sinar pantulan untuk ditangkap oleh lensa mata. Hingga benda tersebut tidak terlihat dan menjadi tidak jelas bentuknya.
c. Rasa Menyeramkan
Perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat terjadi karena suasana gelap serta skala ruang yang luas dan langit-langit yang tinggi. Pernahkah kita mengunjungi tempat pemakaman (kuburan) di malam hari? Dalam suasana yang sepi, sinar penerangan yang terbatas, skala ruang yang terbuka dengan langit yang terbentang luas dan bentuk nisan, tentunya akan menimbulkan rasa seram. Atau bila kita berada pada suatu bangunan berskala besar dengan cahaya penerangan yang terbatas, kadang kala kita mempunyai persepsi menyeramkan pada bangunan tersebut. Jadi, perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat ditimbulkan oleh faktor skala dan cahaya penerangan di samping faktor bentuk, warna, serta teksturnya.
Dalam perancangan Arsitektur Lansekap, suasana gelap dan terang dapat menghasilkan suatu Mai dan kesan yang menarik terhadap tapak. Tata letak sumber cahaya terhadap benda atau elemen lansekap menyebabkan terjadinya bayang-bayang yang menimbulkan rangsangan beraneka ragam.
Untuk mendapatkan cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.
• Sumber cahaya di atas mata manusia.
• Sumber cahaya setinggi mata man usia.
• Sumber cahaya di bawah mata manusia.
Dilihat dari segi arah sumber cahaya, dapat pula dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian.
• Arah cahaya tegak lurus ke bawah.
• Arah cahaya tegak lures ke alas.
• Arah cahaya membentuk sudut.
a) Penerangan cahaya sebagai aksentuasi
Cahaya dapat digunakan untuk memperjelas elemen atau benda yang akan dijadikan aksentuasi. Misalkan, bila ingin menonjolkan karakter batang pohon maka kita menempatkan sumber cahaya di bawah pohon dengan sinar ke arah batang dan dahan pohon dimaksud. Hal ini menimbulkan suasana romantis terhadap ruang di sekitarnya. Warna sinar akan membantu dalam menciptakan aksentuasi sesuai tujuan yang diinginkan.
b) Penerangan cahaya sebagai pembentuk bayang-bayang
Efek bayangan yang terjadi akibat sinar cahaya terhadap dinding akan memberikan kesan visual yang atraktif. Bentuk bayang-bayang dapat diatur dengan memindahkan sumber cahaya dari sudut tertentu.
c. Penerangan cahaya sebagai refleksi
d. Penerangan cahaya sebagai pengarah sirkulasi
G. POLA LANTAI/PATTERN
Pembentukan pola-pola lantai berkaitan dengan perkerasan lantai itu sendiri. Perkerasan lantai tergantung dari bahan atau material perkerasan yang dipergunakan. Dalam Arsitektur Lansekap, perkerasan merupakan bagian dari material yang dipergunakan dalam penyelesaian desain lansekapnya terutama pada tempat-tempat yang mempunyai intensitas kegiatan tinggi. Intensitas penggunaan lantai perkerasan yang tinggi antara lain pada jalan setapak, jalan masuk kendaraan, tempat parkir, area bermain, plaza tempat berkumpul, dan area tempat duduk.
Berbagai bahan/material yang dapat dimanfaatkan untuk perkerasan lantai antara lain kerikil, batu lempeng, semen, aspal, beton, batu koral, ubin keramik, dan batu bats. Untuk pembentukan lantai perkerasan jarang dipergunakan bahan-bahan soft material (rumput).
Dua segi yang perlu diperhatikan dalam pembentukan perkerasan adalah segi fungsional dan segi estetikanya.
• Arah cahaya tegak lurus ke bawah.
• Arah cahaya tegak lures ke alas.
• Arah cahaya membentuk sudut.
a) Penerangan cahaya sebagai aksentuasi
Cahaya dapat digunakan untuk memperjelas elemen atau benda yang akan dijadikan aksentuasi. Misalkan, bila ingin menonjolkan karakter batang pohon maka kita menempatkan sumber cahaya di bawah pohon dengan sinar ke arah batang dan dahan pohon dimaksud. Hal ini menimbulkan suasana romantis terhadap ruang di sekitarnya. Warna sinar akan membantu dalam menciptakan aksentuasi sesuai tujuan yang diinginkan.
b) Penerangan cahaya sebagai pembentuk bayang-bayang
Efek bayangan yang terjadi akibat sinar cahaya terhadap dinding akan memberikan kesan visual yang atraktif. Bentuk bayang-bayang dapat diatur dengan memindahkan sumber cahaya dari sudut tertentu.
c. Penerangan cahaya sebagai refleksi
d. Penerangan cahaya sebagai pengarah sirkulasi
G. POLA LANTAI/PATTERN
Pembentukan pola-pola lantai berkaitan dengan perkerasan lantai itu sendiri. Perkerasan lantai tergantung dari bahan atau material perkerasan yang dipergunakan. Dalam Arsitektur Lansekap, perkerasan merupakan bagian dari material yang dipergunakan dalam penyelesaian desain lansekapnya terutama pada tempat-tempat yang mempunyai intensitas kegiatan tinggi. Intensitas penggunaan lantai perkerasan yang tinggi antara lain pada jalan setapak, jalan masuk kendaraan, tempat parkir, area bermain, plaza tempat berkumpul, dan area tempat duduk.
Berbagai bahan/material yang dapat dimanfaatkan untuk perkerasan lantai antara lain kerikil, batu lempeng, semen, aspal, beton, batu koral, ubin keramik, dan batu bats. Untuk pembentukan lantai perkerasan jarang dipergunakan bahan-bahan soft material (rumput).
Dua segi yang perlu diperhatikan dalam pembentukan perkerasan adalah segi fungsional dan segi estetikanya.
Segi fungsi mencakup antara lain:
1. kegunaan dan pemanfaatan lantai perkerasan;
2. waktu pemakaian kegiatan siang atau malam hari.
1. kegunaan dan pemanfaatan lantai perkerasan;
2. waktu pemakaian kegiatan siang atau malam hari.
Segi estetika mencakup antara lain:
1. bentuk desain perkerasan sesuai tema rancangannya;
2. ukuran dan patokan umum;
3. penggunaan bahan, balk bentuk, tekstur, maupun warna;
4. keamanan konstruksi;
5. pola lantai atau pattern.
1. Kegunaan dan Pemanfaatan Lantai Perkerasan
Hampir setiap desain lansekap berkaitan dengan penggunaan lantai perkerasan. Pemanfaatan lantai perkerasan ini sebagai usaha untuk memberikan kenyamanan yang optimal bagi pemakai. Ada beberapa konsep rancangan yang tidak memerlukan lantai perkerasan namun cukup dikeraskan saia (misal hamparan pasir, hamparan koral). Hal ini tergantung fungsi penggunaan lantai tersebut. Untuk suatu lapangan voli pantai atau jogging tracktentunya lantai perkerasan cukup dipadatkan. Atau konsep perkerasan jalan pintu masuk halaman rumah jika ingin mengeluarkan suara tertentu cukup diberikan hamparan batu koral yang akan berbunyi bila diinjak.
Umumnya lantai dasar mempergunakan perkerasan. Namun perlu diperhatikan material perkerasannya. Untuk penggunaan dengan intensitas tinggi dapat memanfaatkan bahan beton, rabat beton, ubin keramik atau paving.
Untuk penggunaan yang spesifik (misal area bermain anak, lapangan olahraga, dan cagar slam) dapat digunakan lantai alami misalnya pasir, rerumputan, dan tanah yang dipadatkan.
Hal yang perlu diperhatikan dari lantai perkerasan di ruang terbuka adalah genangan air hujan. Hindarkan genangan air dengan menerapkan kemiringan lantai menuju arch drainase.
Artinya, penggunaan lantai perkerasan harus disesuaikan dengan fungsi kegiatannya.
2. Waktu Kegiatan Siang atau Malam Hari
Bila waktu aktivitas penggunaan lantai dilakukan malam hari, diperlukan adanya cahaya penerangan untuk memperjelas pola lantai yang dirancang. Penggunaan di siang hari agar diperhatikan pemilihan bahan yang tidak memantulkan pangs sinar matahari.
3. Bentuk Desain Perkerasan
Dalam pembentukan desain lantai perkerasan harus sejalan dengan tema rancangannya. Pads dasarnya pola lantai dapat berbentuk alami, bulat, segitiga, segi empat, segi enam, segi delapan ataupun variasi dari pola tersebut. Sebagai contoh, bila tema rancangan adalah kedisiplinan maka dapat diterapkan pola segi empat dengan garis lurus yang mencerminkan karakter tegas. Bila tema rancangan petualangan, bentuk pola lantai dapat mengambil bentuk yang atraktif dan alami.
4. Ukuran dan Patokan Umum
Dalam menentukan besaran pola lantai sebaiknya menggunakan standar umum yang berlaku setempat misalkan standar ukuran ruang gerak manusia. Sebagai contoh besaran untuk lantai pejalan kaki bagi 2 orang mempunyai lebar 1,50 meter. Untuk ruang gerak bebas manusia memerlukan lugs 4 meter persegi.
1. bentuk desain perkerasan sesuai tema rancangannya;
2. ukuran dan patokan umum;
3. penggunaan bahan, balk bentuk, tekstur, maupun warna;
4. keamanan konstruksi;
5. pola lantai atau pattern.
1. Kegunaan dan Pemanfaatan Lantai Perkerasan
Hampir setiap desain lansekap berkaitan dengan penggunaan lantai perkerasan. Pemanfaatan lantai perkerasan ini sebagai usaha untuk memberikan kenyamanan yang optimal bagi pemakai. Ada beberapa konsep rancangan yang tidak memerlukan lantai perkerasan namun cukup dikeraskan saia (misal hamparan pasir, hamparan koral). Hal ini tergantung fungsi penggunaan lantai tersebut. Untuk suatu lapangan voli pantai atau jogging tracktentunya lantai perkerasan cukup dipadatkan. Atau konsep perkerasan jalan pintu masuk halaman rumah jika ingin mengeluarkan suara tertentu cukup diberikan hamparan batu koral yang akan berbunyi bila diinjak.
Umumnya lantai dasar mempergunakan perkerasan. Namun perlu diperhatikan material perkerasannya. Untuk penggunaan dengan intensitas tinggi dapat memanfaatkan bahan beton, rabat beton, ubin keramik atau paving.
Untuk penggunaan yang spesifik (misal area bermain anak, lapangan olahraga, dan cagar slam) dapat digunakan lantai alami misalnya pasir, rerumputan, dan tanah yang dipadatkan.
Hal yang perlu diperhatikan dari lantai perkerasan di ruang terbuka adalah genangan air hujan. Hindarkan genangan air dengan menerapkan kemiringan lantai menuju arch drainase.
Artinya, penggunaan lantai perkerasan harus disesuaikan dengan fungsi kegiatannya.
2. Waktu Kegiatan Siang atau Malam Hari
Bila waktu aktivitas penggunaan lantai dilakukan malam hari, diperlukan adanya cahaya penerangan untuk memperjelas pola lantai yang dirancang. Penggunaan di siang hari agar diperhatikan pemilihan bahan yang tidak memantulkan pangs sinar matahari.
3. Bentuk Desain Perkerasan
Dalam pembentukan desain lantai perkerasan harus sejalan dengan tema rancangannya. Pads dasarnya pola lantai dapat berbentuk alami, bulat, segitiga, segi empat, segi enam, segi delapan ataupun variasi dari pola tersebut. Sebagai contoh, bila tema rancangan adalah kedisiplinan maka dapat diterapkan pola segi empat dengan garis lurus yang mencerminkan karakter tegas. Bila tema rancangan petualangan, bentuk pola lantai dapat mengambil bentuk yang atraktif dan alami.
4. Ukuran dan Patokan Umum
Dalam menentukan besaran pola lantai sebaiknya menggunakan standar umum yang berlaku setempat misalkan standar ukuran ruang gerak manusia. Sebagai contoh besaran untuk lantai pejalan kaki bagi 2 orang mempunyai lebar 1,50 meter. Untuk ruang gerak bebas manusia memerlukan lugs 4 meter persegi.
5. Penggunaan Material, Baik Bentuk, Tekstur, maupun Warna
Telah diuraikan di atas bahwa perkerasan berkaitan dengan penggunaan bahan keras. Oleh karena itu dalam desain, bentuk bahan, tekstur, dan warna menjadi satu pemikiran yang Baling berhubungan. Kadang-kadang suatu pola lantai menggunakan beberapa macam material untuk menghasilkan kombinasi dan variasi yang menarik. Hal yang perlu diperhatikan dalam desain, yaitu bagaimana agar peralihan antara 2 bahan yang berbeda itu dapat menghasilkan pola kesatuan (unity). Demikian halnya dengan tekstur bahan. Hindarkan penggunaan tekstur halus, licin, dan berkilat pada perkerasan yang langsung menerima pancaran sinar matahari. Hal ini mengakibatkan pantulan sinar dan pangs pada lantai.
6. Keamanan Konstruksi
Tidak lepas pula segi keamanan konstruksi. Lantai perkerasan untuk keperluan aktivitas yang relatif berat (misalkan lapangan olahraga, area parkir, atau lintasan sepeda), diperlukan kekuatan pondasi dan konstruksi yang kuat. Bahkan dapat pula ditambahkan dengan penulangan di dasar lantai.
7. Pola Lantai (Pattern)
Penggunaan lantai perkerasan juga perlu memperhatikan pola (pattern) yang dirancang. Pola-pola yang dimaksud antara lain pola grid, pola kotak, pola sisik ikan, pola bulat, pola kombinasi, dan sebagainya.
Fungsi dan penerapan pola lantai perkerasan adalah:
a. Memberi kesan batasan ruang maya.
b. Memperkecil skala ruang lantai.
c. Menambah nilai keindahan lingkungan.
d. Membuat lantai tidak terlalu polos.
e. Memberikan kesan intim dan atraktif.
f. Memberikan pengarahan menuju suatu objek.
H. KENYAMANAN
Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang secara harmonis, balk dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara, bunyi, cahaya, atau lainnya. Hubungan yang harmonis dimaksud adalah keteraturan, dinamis, dan keragaman yang Baling mendukung terhadap penciptaan ruang bagi manusia. Sehingga mempunyai nilai keseluruhan yang mengandung keindahan. Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau kepuasan manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain:
a. Sirkulasi
b. lklim atau kekuatan alam
c. Bising
d. Aroma (bau-bauan)
e. Bentuk
f. Keamanan
g. Kebersihan
h. Keindahan
a. Sirkulasi
Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan penggunaan tapak sehingga merupakan pergerakan dari ruang satu ke ruang yang lain. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari sirkulasi yang kurang balk, misalnya kurangnya kejelasan sirkulasi, tidak adanya hierarki sirkulasi, tidak jelasnya pembagian ruang antara sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan, penggunaan fungsi ruang sirkulasi yang berbeda (misal trotoar dijadikan tempat berjualan). Untuk hal tersebut, hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan.
1) Sirkulasi kendaraan
Secara hierarki dapat dibagi menjadi 2 (dua) jalur kendaraan, yakni,
Jalurdistribusi, jalur untuk gerak perpindahan lokasi Oalur cepat) dan
Jalurakses, jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan. Kedua jalur tersebut perlu dipisah untuk memperlancar lalu lintas. Fasilitas penunjang berupa rambu-rambu lalu lintas dan ruang parkir harus disesuaikan dengan ruang yang tersedia.
2) Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau mall yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberang.
b. lklim atau Kekuatan Alam
1. Radiasi sinar matahad
Dapat mengurangi rasa nyaman terutama pada daerah tropik, khususnya di slang hari, maka diperlukan adanya peneduh. Hal ini tidak berlaku bagi daerah rekreasi di pantai karena pada daerah tersebut sinar matahari merupakan potensi atraktif.
2. Angin
Arah angin pada suatu daerah perlu diperhatikan dalam pengolahan tata ruang luar. Hal ini dimaksudkan agar tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan menyenangkan bagi kegiatan manusia. Pada ruang terbuka yang lugs jika diperlukan dapat ditempatkan elemen¬elemen penghalang angin (windbreak) agar kecepatan angin kencang dapat diperlambat sehingga tercipta suasana yang nyaman.
Untuk daerah tropik, temperatur di siang hari relatif cukup pangs. Apalagi pada ruang terbuka yang sedikit pepohonan. Untuk mendapatkan iklim mikro yang sejuk maka perlu ditempatkan pohon peneduh dengan tajuk melebar.
Arah angin pada suatu daerah perlu diperhatikan dalam pengolahan tata ruang luar. Hal ini dimaksudkan agar tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan menyenangkan bagi kegiatan manusia. Pada ruang terbuka yang lugs jika diperlukan dapat ditempatkan elemen¬elemen penghalang angin (windbreak) agar kecepatan angin kencang dapat diperlambat sehingga tercipta suasana yang nyaman.
Untuk daerah tropik, temperatur di siang hari relatif cukup pangs. Apalagi pada ruang terbuka yang sedikit pepohonan. Untuk mendapatkan iklim mikro yang sejuk maka perlu ditempatkan pohon peneduh dengan tajuk melebar.
3. Curah hujan
Faktor ini sering menimbulkan gangguan terhadap aktivitas manusia di ruang luar. Oleh karenanya perlu disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter, gazebo).
Faktor ini sering menimbulkan gangguan terhadap aktivitas manusia di ruang luar. Oleh karenanya perlu disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter, gazebo).
4. Temperatur
Untuk daerah tropik, temperatur di siang hari relatif cukup panas. Apalagi pada ruang terbuka yang sedikit pepohonan.
c. Kebisingan
Pada daerah yang padat misal perkantoran dan industri, kebisingan adalah masalah pokok yang dapat mengganggu kenyamanan bagi penduduk di sekitarnya. Oleh karenanya untuk mengurangi kebisingan tersebut dapat kita pakai tanaman dengan pola dan ketebalan yang rapat.
Untuk daerah tropik, temperatur di siang hari relatif cukup panas. Apalagi pada ruang terbuka yang sedikit pepohonan.
c. Kebisingan
Pada daerah yang padat misal perkantoran dan industri, kebisingan adalah masalah pokok yang dapat mengganggu kenyamanan bagi penduduk di sekitarnya. Oleh karenanya untuk mengurangi kebisingan tersebut dapat kita pakai tanaman dengan pola dan ketebalan yang rapat.
d. Aroma atau Bau-bauan
Terutama pada daerah pembuangan sampah maka bau yang tidak enak akan tercium oleh orang yang melaluinya. Untuk mengurangi hal tersebut, maka sumber bau tersebut dilokalisasikan dan ditempatkan pada area yang tertutup dari pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman pepohonan/semak ataupun dengan peninggian muka tanah.
e. Bentuk
Bentuk elemen landscape furniture harus disesuaikan dengan ukuran standar manusia agar Skala yang dibentuk mempunyai rasa nyaman. Sebagai contoh, bentuk bangku taman harus mempunyai fungsi yang jelas dan sesuai ukuran agar bila dimanfaatkan oleh manusia akan terasa nyaman.
f. Keamanan
Keamanan merupakan masalah yang penting, karena ini dapat mengganggu dan menghambat aktivitas yang dilakukan. Pengertian dari keamanan bukan saja mencakup segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan konstruksi dari elemen lansekap, tata letak elemen, bentuk elemen, dan kejelasan fungsi.
g. Kebersihan
Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah dan bau¬bauan yang tidak menyenangkan. Untuk memenuhi hal tersebut kiranya perlu ditempatkan dan disediakan baksampah sebagai elemen lansekap serta tempat pembuangannya. Selain itu pada daerah tertentu yang menuntut kebersihan tinggi, pemilihan jenis tanaman pohon dan semak agar memperhatikan kekuatan daya rontok daun dan buah.
h. Keindahan
Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan guna memperoleh kenyamanan. Hal tersebut mencakup masalah kepuasan batin dan panca indra, hingga rasa nyaman dapat diperoleh. Sulit untuk menilai suatu keindahan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap sesuatu yang dikatakan indah. Kapan sesuatu benda dikatakan indah? Namun dalam hal nyaman maka keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk, warna dan komposisi susunan tanaman, serta komposisi elemen perkerasan.
I. DRAINASE
Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perancangan tapak. Ruang luar suatu tapak yang telah dirancang dengan baik, apabila terdapat bagian dari tapak yang tergenang air akan menyebabkan rancangan menjadi tidak sempurna. Genangan air yang tidak terencana menyebabkan efek visual yang kurang baik, selain itu dapat merusak konstruksi perkerasan. Bila genangan air terjadi pada tanah permukaan lunak atau bidang alas rerumputan, mengakibatkan rumput menjadi rusak dan coati, demikian pula dengan tanaman hias. Pengadaan saluran air pada tapak yang dirancang sangat mutlak dipikirkan. Penempatan dan pemikiran tentang sistem saluran pembuangan air limbah atau air hujan bukanlah perkara mudah. Diperlukan adanya suatu pemikiran yang komprehensif mengingat saluran pembuangan merupakan suatu jaringan yang berhubungan dengan saluran perkotaan. Oleh karenanya pertimbangan terhadap sistem aliran air dan bentuk-bentuk saluran perlu diperhatikan.
Untuk pengolahan tapak dengan permukaan tanah yang bergelombang atau berkontur, maka pemecahan masalah drainase atau saluran air lebih remit dibandingkan dengan permukaan tanah yang relatif rata. Namun kedua bentuk permukaan tanah tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian terhadap saluran pembuangan. Pada tanah yang berkontur, aliran air akan bergerak dari kontur tertinggi menuju kontur terendah. Artinya akan selalu terjadi aliran air secara alamiah. Sedangkan pada tapak dengan tanah yang relatif datar, maka kemiringan saluran perlu diperhitungkan agar air buangan dapat mengalir menuju saluran pembuangan kota.
1. Sumber Aliran Air
Air pada hakikatnya dapat bersifat statis dan dinamis yang dapat menimbulkan kerusakan dan keuntungan bilamana air bergerak. Bergeraknya air menjadi suatu aliran disebabkan karena adanya daya tarik bumi (gravitasi), serta tekanan yang dapat menuju ke semua arch.
Cepat lambatnya aliran air di atas tanah tergantung dari kemiringan tanah dan daya resap tanah. Daya resap (masuknya air ke dalam tanah) tergantung pada besar kecilnya pori-pori tanah itu sendiri.
Air yang mengalir di permukaan tanah berasal dari:
• buangan air hujan, dan
• buangan air sisa kegiatan manusia.
Di daerah beriklim tropis, hujan turun sepanjang tahun, terutama pada daerah dataran tinggi atau daerah pegunungan. Site atau tapak rancangan yang terletak pada daerah tersebut, memiliki aliran air hujan yang cukup banyak dan memungkinkan terjadi banyaknya genangan air sehingga diperlukan saluran pembuangan yang intensif.
Yang dimaksudkan dengan air buangan sisa (limbah cair) kegiatan manusia adalah air buangan yang berasal dari pemakaian air untuk mandi, cuci, WC, dan penyiraman pemeliharaan tanaman.
Sebelum menentukan sistem dan bentuk saluran pembuangan, maka perlu diketahui bebprapa hal yang menyangkut tentang air.
2. Sifat Air
Air adalah zat cair yang mempunyai permukaan rata. Karena pengaruh gravitasi maka permukaan air selalu horizontal; tidak berwarna dan tembus cahaya (dalam keadaan murni); mempunyai warna dan keruh (bila telah tercemar); tidak berbentuk kekal selalu berubah sesuai dengan tempatnya. Air yang mengalir dapat membawa benda-benda yang telah lapuk, menjadi butiran kasar dan halus, menuju tempat yang lebih rendah.
Volume air dinyatakan dengan satuan liter, berat air selalu dinyatakan dengan satuan kilogram per liter dan kecepatan air dinyatakan dengan satuan isi volume/kubikasi per detik (ml/detik). Aliran kecepatan air permukaan tanah tergantung dari kemiringan tanah, kondisi tanah (besar kecilnya pori-pori tanah), banyaknya tanaman permukaan tanah, dan pengaruh gravitasi bumi.
3. Sistem Saluran Pembuangan
Untuk menentukan sistem saluran pembuangan perlu diketahui terlebih dahulu hal berikut.
a) Tujuan dan sasaran dari rancangan tapak yang direncanakan. Misal sebagai lapangan golf, lapangan olahraga, rekreasi, atau lainnya. Untuk lapangan golf, sistem saluran pembuangan air hujan mempergunakan sistem saluran bawah tanah, demikian pula dengan lapangan sepak bola.
b) Perbedaan ketinggian antara lokasi saluran induk buangan kota dengan lokasi daerah genangan air atau lokasi tapak. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan perbedaan elevasi dasar saluran terhadap saluran lainnya; kecepatan aliran air permukaan atau air buangan; berapa banyak air permukaan dapat meresap ke dalam tanah; dan berapa banyak tanaman yang dapat menahan run off di sekitar tapak.
c) Volume air buangan yang hendak ditampung dan dialirkan. Hal ini diperlukan untuk menghitung secara matematik berdasarkan rumus¬rumus kapasitas daya tampung air guna menentukan besaran ukuran saluran.
Tentang hubungan antara sistem saluran pembuangan dengan aliran air permukaan, White, dalam buku Concept Source Book (terjemahan Onggo Diputro, Penerbit Intermedia Bandung) menuliskan pemecahan konsep sebagai berikut.
1. Sistem aliran air terbagi menjadi aliran permukaan dan aliran bawah tanah.
2. Untuk mempermudah aliran air, maka peletakan massa bangunan diusahakan pada tempat yang tinggi atau naikkan bangunan di atas gundukan tanah.
3. Hindarkan drainase saluran pembuangan yang berada di bawah bangunan atau perkerasan.
4. Hindarkan peletakan massa bangunan pada tanah yang rawan banjir atau pada cekungan permukaan.
5. Hindarkan daerah-daerah yang terendam air dan susah dikeringkan.
6. Manfaatkan tempat-tempat yang diperkeras sebagai pengalir air.
7. Kumpulkan pengaliran air menuju arch reservoir (penampung air buangan), kolam, atau danau.
8. Alirkan air ke saluran pembuangan di dalam tapak dan salurkan ke saluran pembuangan di jalan utama (riot kota).
9. Jangan limpahkan drainase pada lahan di sebelah tapak.
10. Alirkan air ke tepi tapak atau ke sudut tapak dan alirkan ke tempat yang rendah.
11. Alirkan air ke pusat saluran utama dan keluarkan dari tapak.
12. Gunakan perkerasan jalan di dalam tapak sebagai pengalir air menuju saluran pembuangan.
13. Manfaatkan kontur secara alamiah.
14. Mengubah kontur untuk mengalirkan air seperti yang diinginkan.
4. Saluran Pembuangan
Saluran pembuangan terdiri dari:
a. saluran pembuangan air di atas tanah (Open channels), dan
b. saluran pembuangan air di dalam tanah (Subsurface strom drains)
Saluran air pembuangan di atas tanah dapat dibuat dengan tertutup ataupun terbuka. Sedangkan saluran pembuangan air dalam tanah umumnya tertutup.
a. Saluran Terbuka dan Saluran Tertutup di Atas Tanah (Open Channels)
Untuk saluran di atas tanah, konsep dasar secara umum dikenal adanya saluran primer (saluran utama), saluran sekunder, (saluran penghubung) dan saluran tersier (saluran penampung).
• Saluran primer merupakan saluran induk atau saluran utama dalam tapak yang berhubungan dengan saluran buangan air di luar tapak atau saluran kota. Saluran ini menampung debit air yang berasal dari seluruh tapak untuk dialirkan ke luar tapak.
• Saluran sekunder adalah saluran yang berhubungan dengan saluran induk di dalam tapak. Merupakan saluran penampung dari saluran tersier.
• Saluran tersier, merupakan saluran penampung air buangan yang terdekat dengan genangan air atau sumber air buangan.
Ketiga saluran tersebut sating berhubungan sesuai dengan hie¬rarkinya. Saluran pembuangan di atas tanah dapat dibuat secara alamiah dengan mengolah permukaan tanah ataupun dibuat dengan perkerasan. Agar mendapatkan kesan visual yang lebih balk, maka saluran tersebut dapat ditutup dengan penutup beton (dekker) ataupun dengan grill besi di sepanjang saluran atau tempat-tempat tertentu seperti perpotongan dengan lintasan kendaraan atau manusia.
Bentuk-bentuk saluran pembuangan di atas tanah
Ada beberapa bentuk dan macam desain saluran pembuangan atas tanah, antara lain sebagai berikut.
a. Bentuk saluran pembuangan dengan membentuk muka tanah.
b.Bentuk saluran pembuangan dengan kontruksi perkerasan.
c. Saluran Pembuangan Air di Dalam Tanah (Subsurface Strom Drains)
Saluran pembuangan air bawah tanah dipergunakan pada tapak yang sangat lugs atau sangat terbatas dan berada di ruang luar. Juga tergantung dari jenis kegiatan yang diinginkan. Misal pada tapak lapangan sepak bola, lapangan golf, dan lapangan olahraga lainnya. Atau taman dengan Was yang relatif kecil, namun didominasi oleh hamparan rumput. Keuntungan menerapkan saluran pembuangan dengan sistem (subsur¬face stroms drains) adalah lapangan menjadi tidak terganggu oleh adanya saluran pembuangan Berta kesan visual menjadi menarik dan indah.
Hal-hat yang berkaitan dengan penggunaan sistem saluran bawah tanah adalah sebagai berikut.
1) Tersedianya bak kontrol (man hole)
Bak kontrol ini berguna sebagai lubang penangkap aliran air permukaan menuju saluran bawah tanah. Di samping itu berfungsi pula sebagai tempat penangkap benda-benda atau sampah yang terbawa oleh aliran air, tempat penangkap dan resapan air buangan hujan yang kemudian diserap oleh saluran pipa bawah tanah untuk dialirkan.
2) Besaran lubang saluran
Lubang saluran dapat dibuat dengan penempatan besi beton, pipa
PVC atau pipa besi, ataupun dibuat dari beton bertulang. Besaran diameter saluran perlu diperhitungkan agar dapat menampung aliran air buangan.
3) Kemiringan dasarsaturan
Agar air buangan dapat mengalir dengan lancar, diperlukan perhitungan kemiringan dasar pipa.
J. REKAYASA LANSEKAP
Profesi Arsitektur Lansekap sangatlah kompleks, memperlihatkan hubungan antara berbagai disiplin ilmu serta merupakan salah satu profesi yang pen uh dengan nilai-nilai pertimbangan dalam tanggung jawab atas lingkungan yang lestari dan berguna bagi umat manusia.
Perancangan lansekap merupakan pemikiran kombinasi antara elemen material lunak dan keras untuk menciptakan ruang luar, serta menghasilkan karya desain lansekap secara teknis dan bernilai seni. Namun penyajiannya harus memperhatikan aspek dan patokan teknis, jelas (akurat), dan yang paling penting adalah dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan pada saat pembangunan dan pasta pembangunannya.
Rekayasa lansekap pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan. Dalam suatu perancangan lansekap yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, maka profesi Arsitektur Lansekap bertindak sebagai koordinator dan bertanggung jawab atas desain yang dihasilkan. Oleh karenanyaArsitek Lansekap harus mempunyai pengertian yang Was tentang masalah konstruksi. Kemampuan memahami, menguasai, dan mengaplikasikannya ke dalam desain adalah bagian penting termasuk di dalamnya menerjemahkan gambar-gambar detail rancangan.
Dalam hal pengolahan muka tanah, elemen keras (hard material)
diperlukan pengetahuan tentang rekayasa lansekap yang berhubungan
dengan lansekap, terutama mengenai bang unan-bang unan penunjangnya.
Pentingnya rekayasa lansekap bagi perancangan ruang luar adalah:
1. Agar di dalam penyelesaian detail konstruksi elemen atau bahan lansekap dapat dipertajam dan diperjelas.
2. Agar dapat mempertimbangkan dan memperkirakan anggaran biaya pelaksanaan dan pembangunan proyek dengan memperhatikan struktur konstruksi, penggunaan material, dan lamanya waktu pekerjaan. Di samping itu akan mempengaruhi penampilan dan kualitas desain lansekap yang dihasilkan.
3. Agar gambar-gambar kerja yang dihasilkan memiliki informasi yang akurat, jelas dari segi ukuran, kekuatan, serta mempermudah dalam pengendalian pelaksanaan.
4. Agar dapat berkomunikasi dengan berbagai disiplin ilmu yang terkait dalam penyelesaian proyek lansekap sehingga dapat sating mengisi dan membantu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rekayasa lansekap sebagai berikut.
a. Pembentukan dan pengolahan muka tanah
b. Struktur-struktur dalam lansekap
c. Sistem utilitas dalam lansekap
d. Gambar kerja
1. Pembentukan dan Pengolahan Muka Tanah
Pembentukan dan pengolahan muka tanah merupakan bagian yang paling dasar bagi perancangan lansekap. Hal ini disebabkan hampir seluruh pekerjaan dan perancangan lansekap selalu berhubungan dengan pemanfaatan muka tanah. Pengolahan muka tanah dalam Arsitektur Lansekap dimaksudkan agar muka tanah dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan menghindari terjadinya kerusakan muka tanah.
Topografi muka tanah, dapat dibiarkan seperti apa adanya atau dirusak bentuknya dengan penambahan tanah urug, ataupun diubah bentuknya dengan memanfaatkan kondisi awal. Ruang luar yang diciptakan akan berhubungan erat dengan karakteristik muka tanah. Pada dasarnya perancangan lansekap adalah usaha pengolahan dan pemanfaatan muka tanah seperti dituliskan oleh American Society of Landscape Architects (ASLA) ... the stewardship of the land.
Dari uraian di atas, maka dalam rekayasa pembentukan dan pengolahan muka tanah meliputi (baca buku Landphair, 1979, Landscape Architecture Construction):
1. Penerapan grading
2. Penyesuaian terhadap sirkulasi
3. Pengaruh aliran air
1. Penerapan Grading
Dalam grading hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Kondisi tanah
Kondisi karakteristik struktur tanah (soil) akan mempengaruhi grading yang rfibentuk. Karakteristik tanah terbagi dalam 3 (tiga) kategori, yakni (1) karakteristik tanah pertanian; (2) karakteristik tanah dalam arti geologi; (3) karakteristik tanah dalam arti rekayasa. Tanah pertanian mempunyai jenis tertentu untuk pemanfaatan sebagai lahan pertanian. Tanah dalam kategori geologis memiliki jenis, struktur, dan klasifikasi yang berbeda sate dengan lainnya. Sedangkan secara rekayasa tanah mem-punyai kekuatan dan daya dukung tertentu terhadap bangunan di atasnya atau pembangunan secara fisik lainnya. Rekayasa yang dimaksud mempunyai kaftan dengan ketiga unsur karakteristik tersebut. Mengetahui pengaruh kondisi tanah terhadap gradingadalah upaya agar muka tanah yang dibentuk dapat terhindar dari bahaya longsor serta sekaligus menjaga keamanan muka tanah.
b. Peta dasar
Peta dasar yang dimaksud adalah peta topografi dengan skala dan ukuran yang jelas dan akurat. Untuk perencanaan grading yang biasa
dipergunakan adalah dalam skala 1 : 1.000 atau 1 : 500.
c. Gambaran bentuk tapak
Penggambaran bentuk kontur dalam tapak merupakan garis-garis
putus yang tersusun dengan notasi ukuran yang menunjukkan ketinggian muka tanah. Ini menunjukkan bentuk dari muka tanah bila kita memproyeksikan garis tersebut ke dalam gambar potongan.
Arsitek lansekap perlu menghayati bentukan dari garis-garis kontur tersebut agar mempunyai gambaran terhadap bentuk muka tanah.
d. Penafsiran pada kontur
Arsitek lansekap yang tidak dapat menghayati bentuk kontur tentunya akan sulit untuk mengetahui bentukan muka tanah yang diinginkan. Di bawah ini tergambar beberapa contoh muka tan ah terhadap suatu garis kontur (diambil dari Landphair, 1979, Landscape Architecture Construction).
e. Hukum six cardinal garis kontur
• Hukum tersebut menguraikan bahwa:
• garis konturselalu berpasangan,
• garis kontur tidak pernah berpotongan,
• garis kontur mempunyai perbedaan tinggi yang sama,
• garis kontur biasanya menutup,
• garis kontur tidak pernah bersinggungan dan berimpit, dan
• garis kontur dapat memberikan identitas, misal arch aliran air.
f. Penyesuaian grading
Penambahan dan pemotongan muka tanah (Cut and Fil/).
1) Grading di sekitar bangunan
g. Standar dan patokan grading plan
Ada 4 (empat) pertimbangan dan kriteria dalam penggunaan standar grading, yaitu
- pertimbangan iklim,
- pertimbangan karakter dari topografi,
- pertimbangan kondisi struktur tanah, serta
pertimbangan visual.
Keempat kriteria dan pertimbangan tersebut menjadi dasar dalam perhitungan pembentukan grading dan penggunaan standar atau patokan.
Rumus dasar dalam perhitungan grading adalah:
D=Gx L
Keterangan:
D = perbedaan ketinggian antara muka tanah
L = panjang atau jarak
G = slope atau lereng muka tanah
h. Perhitungan cut and fill
Perhitungan cut and fil/diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan tanah urug. Perhitungan volume tanah urug dapat diperoleh dengan mempergunakan alat bantu, yaitu planimeter.
2. Penyesuaian terhadap Sirkulasi
a. Pembentukan muka tanah erat kaitannya dengan sirkulasi yang dirancang. Sirkulasi pejalan kaki atau kendaraan perlu memperhatikan patokan standar, sistem konstruksi, ketebalan penampang sirkulasi dan kekuatannya.
b. Pada sirkulasi yang mendaki atau menurun, perlu dipertimbangkan sudut kemiringan jalan. Bilamana diperlukan tangga maka penggunaan standar ketinggian anak tangga menjadi pertimbangan agar sudut kemiringan tangga tidak terialu curam. Penggunaan border (lantai rata di antara anak tangga berfungsi sebagai tempat ber¬istirahat dan mengurangi kecuraman tangga) kemungkinan diperlu¬kan. Semua ini akan mempengaruhi pembentukan muka tanah yang disesuaikan dengan desain pola sirkulasi yang diinginkan.
c. Demikian pula sirkulasi pada daerah datar namun di desain dalam posisi yang berkelok ke kiri atau ke kanan, maka penyesuaian kemiringan muka tanah perlu dipikirkan. Dimaksudkan, agar tercipta kenyamanan dan keamanan pemakai sirkulasi terutama pada sirkulasi bagi kendaraan yang berkecepatan tinggi.
3. Pengaruh Aliran Air
a. Pembentukan dan pengolahan muka tanah akan menyebabkan terjadinya perbedaan ketinggian tanah. Bila ini terjadi maka akan timbul masalah tergenangriya air pada titik terendah yang menyebabkan banjir serta tanah longsor.
b. Mempertimbangkan masalah yang diakibatkan oleh hujan.
c. Dengan kesadaran bahwa akan terjadi aliran air, maka perlu dipikirkan sistem drainase (saluran pembuangan) permukaan, subsistem aliran air bawah tanah.
2. Struktur dalam Lansekap
Pengetahuan tentang struktur dalam lansekap didasarkan pada hal
hal berikut.
a. Pengetahuan Material atau Bahan Lansekap
Telah di uraikan pada bahasan terdahulu tentang material atau bahan lansekap yang dipergunakan dalam merancang. Dalam struktur konstruksi, penguasaan material atau bahan lansekap perlu dipahami, dikuasai tentang bentuk, fungsi, ukuran, warna, kekuatan, sistem pemasangan, serta pengaruhnya terhadap bahan lainnya.
b. Dasar Ilmu Mekanika dan Keseimbangan
Struktur konstruksi dalam desain berkaitan erat dengan ilmu mekanika teknik. Penguasaan terhadap ilmu mekanika sangat berguna untuk mengetahui kekuatan suatu bahan atau material terhadap gaya tekan dan gaya tarik yang terjadi. Demikian pula dengan memadukan suatu bahan terhadap bahan lainnya.
c. Teknik Konstruksi Kayu
Konstruksi banyak digunakan dalam desain lansekap. Kecenderungan penggunaan bahan kayu ini disebabkan karena tekstur kayu serta warna kayu lebih menampilkan kesan alamiah. Oleh karenanya cars mengikat dan sistem penyambungan kayu perlu dikuasai. Demikian pula struktur konstruksi kayu. Perihal jenis kayu perlu dipelajari, karena setiap jenis kayu mempunyai kelebihan dan kekurangan pada suatu kondisi tertentu ataupun terhadap cuaca yang terjadi serta serangan rayap.
d. Teknik Konstruksi Beton
Beton adalah campuran antara semen, pasir, air, dan koral. Kekuatan material beton jauh lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan material kayu. campuran beton mempunyai perbandingan tertentu tergantung dari beban ketahanan yang diinginkan (baca buku standar Mutu Beton Indonesia). Dalam Arsitektur Lansekap, beton banyak digunakan untuk membentuk permukaan jalan setapak, pedestrian, bangku taman, tembok pembatas, dinding penahan tanah, pondasi lampu taman, bak bunga, kolam hias, dan kolam air mancur.
Beton bertulang adalah beton yang diberikan penulangan (besi beton dengan ukuran diameter tertentu) di dalamnya, agar daya kekuatan beton dan kelenturannya bertambah kuat. Untuk membentuk beton diperlukan adanya cetakan beton atau bekisting yang dapat terbuat dari papan kayu, multipleks, atau cetakan besi. Melalui cetakan tersebut, bentuk dirancang dan digubah sesuai dengan fungsi dan estetika yang diinginkan.
e. Teknik Rekayasa Pengamanan Muka Tanah
Dengan adanya pengolahan bentuk tanah melalui sistem grading, kemungkinan akan terjadinya longsor terutama pada bentuk permukaan tanah yang mempunyai sudut kemiringan yang terjal. Untuk itu diperlukan adanya Dinding Penahan Tanah (DPT) atau Retaining Wall.
Hal yang perlu diperhatikan dalam rancangan DPT adalah faktor kekuatan DPT, bentuk struktur DPT, dan penampilan luar DPT.
a. Faktor kekuatan DPT
Sangat tergantung dari gaya yang terjadi dari kemiringan tanah yang langsung mendorong dinding penahan. Bila perhitungan gaya tersebut telah diketahui, maka besaran dan ketebalan dinding dapat diperhitungkan. Artinya, DPT sangat tergantung dari perhitungan gaya tekanan tanah terhadap dinding.
b. Bentuk struktur DPT
Mempunyai 2 (dua) bentuk dasar yaitu:
1. Bentuk DPT tegak, biasanya digunakan untuk menahan tanah dengan pengaruh gaya yang kecil dan sudut kemiringan yang datar.
2. Bentuk DIPT bersepatu, mempunyai 2 (dua) bentuk yaitu bentuk L dan bentuk T terbalik. Bentuk L dipergunakan untuk menahan tanah dengan sudut gaya sedan (sesuai perhitungan), sedangkan bentuk T terbalik biasanya digunakan untuk menahan tanah dengan gaya yang besar.
f. Rekayasa Penanaman
Konstruksi pada penanaman pohon terbagi dalam beberapajenis, yaitu
• rekayasa penanaman pohon besar,
• rekayasa penanaman pohon perdu,
• rekayasa penanaman tanaman hiss, dan
• rekayasa penanaman tanaman rumput.
Rekayasa penanaman dapat dilihat dari tempat peletakannya, yaitu
1. penanaman pada permukaan tanah,
2. ,penanaman pada tempat khusus, antara lain bak tanaman dan pot tanaman, dan
3. penanaman pada permukaan air.
Hal yang perlu diperhatikan dalam rekayasa penanaman adalah
1. kondisi tanaman yang akan ditanam,
2. metode penanaman,
3. kondisi tanah/media tanah, dan
4. pasca penanaman.
1. Kondisi tanaman yang akan ditanam
Kondisi tanaman yang hendak ditanam perlu dijaga kesehatannya. Tajuk tanaman harus dikurangi dan diikat agar tidak rusak pada saat penanaman. Pengurangan tajuk tanaman berguna untuk mempermudah
saat penanaman, memperkecil kebutuhan makanan bagi tanaman, dan mempermudah penyesuaian terhadap lokasi tempat yang baru.
2. Metode penanaman
Metode penanaman harus memenuhi standaryang telah ditetapkan. Pohon yang akan ditanam di permukaan tanah perlu dipertimbangkan ukuran dari lubang peletakan akar tanaman. Besaran lubang tanaman disesuaikan dengan kondisi besaran tanaman pada saat ditanam. Biasanya kedalaman lubang sekitar 1 (satu) meter dengan ukuran 1 x 1 meter. Agar tanaman dapat tumbuh dan menyesuaikan diri pada tempat tumbuh yang baru, maka perakaran harus diberikan rangsangan dengan memberikan pupuk kandang yang disatukan dengan media penutup lubang.
3. Kondisi tanah/media tanah
Tanah tempat tanaman hidup harus diperhatikan pH (derajat keasamannya). Melalui pemeriksaan di laboratorium dapat diketahui kondisi pH tanah. Nilai pH tanah yang normal adalah 7. Bila kurang dari 7, maka tanah tersebut mempunyai reaksi tanah asam, agak asam, atau sangat asam. Untuk menormalkannya perlu ditambahkan kapur dolomityang ditaburkan pada tanah tersebut. Sedangkan bila pH tanah menunjukkan nilai di atas 7 maka tanah mempunyai reaksi tanah basa, agak basa, atau sangat basa. Untuk menormalkannya perlu ditambahkan belerang yang ditaburkan di atas tanah tersebut. Namun perlu diketahui ada beberapajenis tanaman yang dapat tumbuh di bawah atau di atas pH normal. Sebagai contoh, tanaman teh, memerlukan pH 5. Tanaman Azalea memerlukan pH di atas 7.
4. Pasca penanaman
Setelah penanaman pohon selesai dilakukan perlu diberikan steger atau penahan tegak tanaman. Peletakan steger perlu pula memperhatikan letak akar dari pohon yang ditanam. Steger dapat dibuat dari kayu dolken, bambu, atau kawat penahan. Ketinggian steger tanaman adalah 1/3 dari tinggi tanaman yang ditanam. Agar steger tidhk merusak batang tanaman, maka diperlukan karet atau bahan pembungkus lunak yang melindungi batang pohon dari ikatan steger.
3. Sistem Utilitas dalam Lansekap
Yang dimaksud dengan utilitas lansekap atau sarana penunjang dalam suatu sistem rekayasa lansekap antara lain sebagai berikut.
a. Sistem Irigasi Penyiraman
Sistem irigasi penyiraman bagi suatu rancangan lansekap dipandang penting, mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat dilakukan secara manual ataupun secara mekanik. Secara manual dimaksudkan dengan mengambil air dari sumber air dan disiramkan dengan menggunakan tenaga manusia. Sedangkan sistem mekanik, yaitu memanfaatkan teknologi irigasi dan pompanisasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sistem penyiraman antara lain:
1. tersedianya sumber air,
2. kekuatan daya dorong air,
3. sistem perpipaan,
4. peletakan titik keran air (outlet), dan
5. sistem keran air.
1) Tersedianya sumber air
Sumber air dapat diperoleh dari dalam tanah dengan mempergunakan pompa ataupun diperoleh dari sumber air yang telah tersedia di lapangan. Kedalaman air tanah akan mempengaruhi jenis dan kapasitas pompa penyedot air.
Beberapa jenis pompa antara lain pompa di atas tanah (centrifugal pump) dihubungkan dengan pipa untuk mencapai sumber air, pompa submersible (pompa yang langsung berhubungan dengan air, tanpa pipa penyedot), dan pompa turbin (turbine pumps).
Sumber air dapat dicari dan ditempatkan pada lokasi yang berdekatan dengan daerah pemeliharaan. Untuk mengurangi beban tenaga listrik,
air dapat terlebih dulu ditampung pada tangki air (water tank) yang ditempatkan pada ketinggian tertentu di atas muka tanah. Dengan demikian penyiraman dilakukan dengan memanfaatkan daya gravitasi bumi.
2) Sistem perpipaan
Unsur lain yang penting dari sistem irigasi lansekap adalah perpipaan.
Dari segi bahan, pipa dikenal antara lain pipa besi (iron pipe) dan pipa plastik (pvc pipe). Pipa PVC dianggap lebih balk karena dapat menahan karat, mudah dibentuk dan disambung. Kelemahannya mudah pecah dan rusak. Besaran dan ketebalan lubang pipa akan mempengaruhi tekanan dan volume keluaran air yang diinginkan. Diperlukan perhitungan dalam menentukan volume air yang dihasilkan. Semakin dekat dengan sumber air, penggunaan ukuran lubang pipa semakin besar. Semakin dekat dengan lubang outlet lubang pipa semakin kecil. Sesuai standar ukuran lubang pipa terdiri dari ukuran (dalam inci) adalah 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 2; 3; 4; 6. Untuk penyambungan dikenal adanya Elbow, Tee, dan Kee.
3) Keran air
Outlet air penyiraman dapat diatur dengan menentukan bentuk dan sistem yang diinginkan. Berbagai jenis keran air penyiraman antara lain, keran biasa, keran pith (pith krant), dan keran springkel (sprinkle krant).
Keran biasa akan menghasilkan keluaran air hanya satu tempat sehingga daerah penyiraman sangat terbatas dan diperlukan selang untuk memperpanjang jarak siram. Sedangkan sistem springkel keluaran air dapat berputar secara otomatis hingga daerah siraman bertambah lugs dan melebar.
b. Sistem Penerangan Luar (Outdoor Lighting System)
Perancangan desain lansekap tanpa disertai pemikiran tentang penerangan ruang luar belumlah lengkap. Ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari namun perlu dipikirkan pemanfaatan di malam hari.
Beberapa faktoryang perlu diperhatikan dalam perancangan lansekap guna penerangan luar, yakni
a. peletakan jaringan kabel,
b. peletakan titik lampu/titik penerangan, dan
c. bentuk dan jenis lampu.
a. Peletakan jaringan kabel
Kabel agar diusahakan diletakkan di dalam suatu jaringan bawah tanah yang terlindung dari gangguan perakaran tanaman. Dalam hal sistem jaringan kabel ini agar diperhatikan antara lain:
1. panel pembagi arus listrik dari sumber penerangan (PLN),
2. boks sekring guna pengamanan arus listrik,
3. penggunaan jenis kabel (khusus untuk kabel penerangan luar dapat dipergunakan jenis NYM atau khusus),
4. ukuran besaran dan ukuran kabel (sesuai kebutuhan kekuatan arus listrik yang diinginkan),
5. sistem jaringan (paralel atau Seri), dan
6. pengamanan sambungan antarkabel.
Untuk mengurangi biasa pemakaian lampu penerangan luar dapat dipergunakan automatic switch solarce//(Iampu akan nyala di malam hari dan padam di siang hari).
Untuk penerangan luar ini perlu dilakukan koordinasi dengan ahli Mekanikal Elektrikal (ME).
b. Peletakan titik lampu
Titik lampu perlu dipikirkan dari segi peletakannya. Peletakan lampu harus sesuai dengan tujuan desain yang diinginkan. Walaupun fungsi lampu berguna untuk menghasilkan cahaya penerangan, namun aspek penekanan cahaya dapat didesain oleh perancang. Hal yang perlu dipikirkan adalah
1. peletakan cahaya lampu guna keperluan keamanan,
2. peletakan lampu guna menghasilkan efek cahaya yang diinginkan terhadap suatu ruang (cahaya dapat menghasilkan bayang¬bayang guna pembentukan desain ruang luar tergantung dari sudut datangnya cahaya lampu), dan
3. peletakan cahaya lampu untuk memfokuskan suatu objek.
c. Bentuk dan jenis lampu
Saat ini sudah tersedia berbagai bentuk jenis dan model lampu yang telah dihasilkan oleh produsen. Namun penggunaannya mesti disesuaikan dengan tujuannya. Secara garis besarjenis lampu dapat dibagi dalam 3 kategori, yakni sebagai berikut.
1. Lampu dengan titik cahaya di atas tinggi manusia, misalkan lampu jalan dan lampu pedestrian. Dengan ketinggiannya maka cahaya yang dihasilkan akan menerangi daerah yang lebih luss.
2. Lampu dengan titik cahaya di bawah tinggi manusia, misal lampu taman dan ornamen lampu. Lampu jenis ini akan menghasilkan cahaya yang mengarah pada suatu fokus. Agar cahaya tidak langsung menuju ke mata, maka desain lampu hampir kebanyakan diberikan penutup.
3. Lampu sorot (spot light), untuk menghasilkan cahaya yang langsung mengarah ke suatu objek yang ingin ditonjolkan.
4. Gambar-Gambar Kerja
Suatu hal yang penting dalam desain lansekap adalah membuat gambar kerja yang menjadi patokan dalam pelaksanaan konstruksi/ pembangunan di lapangan. Gambar kerja ini harus memberikan informasi yang jelas terutama dari segi bentuk desain dan ukuran (tinggi, panjang, dan lebar), penggunaan skala yang baku, jenis bahan/material yang dipakai, simbol-simbol konstruksi, dan kejelasan lokasi di lapangan.
moga ini bisa bermanfaat ......!!!
Hal-hat yang berkaitan dengan penggunaan sistem saluran bawah tanah adalah sebagai berikut.
1) Tersedianya bak kontrol (man hole)
Bak kontrol ini berguna sebagai lubang penangkap aliran air permukaan menuju saluran bawah tanah. Di samping itu berfungsi pula sebagai tempat penangkap benda-benda atau sampah yang terbawa oleh aliran air, tempat penangkap dan resapan air buangan hujan yang kemudian diserap oleh saluran pipa bawah tanah untuk dialirkan.
2) Besaran lubang saluran
Lubang saluran dapat dibuat dengan penempatan besi beton, pipa
PVC atau pipa besi, ataupun dibuat dari beton bertulang. Besaran diameter saluran perlu diperhitungkan agar dapat menampung aliran air buangan.
3) Kemiringan dasarsaturan
Agar air buangan dapat mengalir dengan lancar, diperlukan perhitungan kemiringan dasar pipa.
J. REKAYASA LANSEKAP
Profesi Arsitektur Lansekap sangatlah kompleks, memperlihatkan hubungan antara berbagai disiplin ilmu serta merupakan salah satu profesi yang pen uh dengan nilai-nilai pertimbangan dalam tanggung jawab atas lingkungan yang lestari dan berguna bagi umat manusia.
Perancangan lansekap merupakan pemikiran kombinasi antara elemen material lunak dan keras untuk menciptakan ruang luar, serta menghasilkan karya desain lansekap secara teknis dan bernilai seni. Namun penyajiannya harus memperhatikan aspek dan patokan teknis, jelas (akurat), dan yang paling penting adalah dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan pada saat pembangunan dan pasta pembangunannya.
Rekayasa lansekap pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan. Dalam suatu perancangan lansekap yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, maka profesi Arsitektur Lansekap bertindak sebagai koordinator dan bertanggung jawab atas desain yang dihasilkan. Oleh karenanyaArsitek Lansekap harus mempunyai pengertian yang Was tentang masalah konstruksi. Kemampuan memahami, menguasai, dan mengaplikasikannya ke dalam desain adalah bagian penting termasuk di dalamnya menerjemahkan gambar-gambar detail rancangan.
Dalam hal pengolahan muka tanah, elemen keras (hard material)
diperlukan pengetahuan tentang rekayasa lansekap yang berhubungan
dengan lansekap, terutama mengenai bang unan-bang unan penunjangnya.
Pentingnya rekayasa lansekap bagi perancangan ruang luar adalah:
1. Agar di dalam penyelesaian detail konstruksi elemen atau bahan lansekap dapat dipertajam dan diperjelas.
2. Agar dapat mempertimbangkan dan memperkirakan anggaran biaya pelaksanaan dan pembangunan proyek dengan memperhatikan struktur konstruksi, penggunaan material, dan lamanya waktu pekerjaan. Di samping itu akan mempengaruhi penampilan dan kualitas desain lansekap yang dihasilkan.
3. Agar gambar-gambar kerja yang dihasilkan memiliki informasi yang akurat, jelas dari segi ukuran, kekuatan, serta mempermudah dalam pengendalian pelaksanaan.
4. Agar dapat berkomunikasi dengan berbagai disiplin ilmu yang terkait dalam penyelesaian proyek lansekap sehingga dapat sating mengisi dan membantu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rekayasa lansekap sebagai berikut.
a. Pembentukan dan pengolahan muka tanah
b. Struktur-struktur dalam lansekap
c. Sistem utilitas dalam lansekap
d. Gambar kerja
1. Pembentukan dan Pengolahan Muka Tanah
Pembentukan dan pengolahan muka tanah merupakan bagian yang paling dasar bagi perancangan lansekap. Hal ini disebabkan hampir seluruh pekerjaan dan perancangan lansekap selalu berhubungan dengan pemanfaatan muka tanah. Pengolahan muka tanah dalam Arsitektur Lansekap dimaksudkan agar muka tanah dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan menghindari terjadinya kerusakan muka tanah.
Topografi muka tanah, dapat dibiarkan seperti apa adanya atau dirusak bentuknya dengan penambahan tanah urug, ataupun diubah bentuknya dengan memanfaatkan kondisi awal. Ruang luar yang diciptakan akan berhubungan erat dengan karakteristik muka tanah. Pada dasarnya perancangan lansekap adalah usaha pengolahan dan pemanfaatan muka tanah seperti dituliskan oleh American Society of Landscape Architects (ASLA) ... the stewardship of the land.
Dari uraian di atas, maka dalam rekayasa pembentukan dan pengolahan muka tanah meliputi (baca buku Landphair, 1979, Landscape Architecture Construction):
1. Penerapan grading
2. Penyesuaian terhadap sirkulasi
3. Pengaruh aliran air
1. Penerapan Grading
Dalam grading hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Kondisi tanah
Kondisi karakteristik struktur tanah (soil) akan mempengaruhi grading yang rfibentuk. Karakteristik tanah terbagi dalam 3 (tiga) kategori, yakni (1) karakteristik tanah pertanian; (2) karakteristik tanah dalam arti geologi; (3) karakteristik tanah dalam arti rekayasa. Tanah pertanian mempunyai jenis tertentu untuk pemanfaatan sebagai lahan pertanian. Tanah dalam kategori geologis memiliki jenis, struktur, dan klasifikasi yang berbeda sate dengan lainnya. Sedangkan secara rekayasa tanah mem-punyai kekuatan dan daya dukung tertentu terhadap bangunan di atasnya atau pembangunan secara fisik lainnya. Rekayasa yang dimaksud mempunyai kaftan dengan ketiga unsur karakteristik tersebut. Mengetahui pengaruh kondisi tanah terhadap gradingadalah upaya agar muka tanah yang dibentuk dapat terhindar dari bahaya longsor serta sekaligus menjaga keamanan muka tanah.
b. Peta dasar
Peta dasar yang dimaksud adalah peta topografi dengan skala dan ukuran yang jelas dan akurat. Untuk perencanaan grading yang biasa
dipergunakan adalah dalam skala 1 : 1.000 atau 1 : 500.
c. Gambaran bentuk tapak
Penggambaran bentuk kontur dalam tapak merupakan garis-garis
putus yang tersusun dengan notasi ukuran yang menunjukkan ketinggian muka tanah. Ini menunjukkan bentuk dari muka tanah bila kita memproyeksikan garis tersebut ke dalam gambar potongan.
Arsitek lansekap perlu menghayati bentukan dari garis-garis kontur tersebut agar mempunyai gambaran terhadap bentuk muka tanah.
d. Penafsiran pada kontur
Arsitek lansekap yang tidak dapat menghayati bentuk kontur tentunya akan sulit untuk mengetahui bentukan muka tanah yang diinginkan. Di bawah ini tergambar beberapa contoh muka tan ah terhadap suatu garis kontur (diambil dari Landphair, 1979, Landscape Architecture Construction).
e. Hukum six cardinal garis kontur
• Hukum tersebut menguraikan bahwa:
• garis konturselalu berpasangan,
• garis kontur tidak pernah berpotongan,
• garis kontur mempunyai perbedaan tinggi yang sama,
• garis kontur biasanya menutup,
• garis kontur tidak pernah bersinggungan dan berimpit, dan
• garis kontur dapat memberikan identitas, misal arch aliran air.
f. Penyesuaian grading
Penambahan dan pemotongan muka tanah (Cut and Fil/).
1) Grading di sekitar bangunan
g. Standar dan patokan grading plan
Ada 4 (empat) pertimbangan dan kriteria dalam penggunaan standar grading, yaitu
- pertimbangan iklim,
- pertimbangan karakter dari topografi,
- pertimbangan kondisi struktur tanah, serta
pertimbangan visual.
Keempat kriteria dan pertimbangan tersebut menjadi dasar dalam perhitungan pembentukan grading dan penggunaan standar atau patokan.
Rumus dasar dalam perhitungan grading adalah:
D=Gx L
Keterangan:
D = perbedaan ketinggian antara muka tanah
L = panjang atau jarak
G = slope atau lereng muka tanah
h. Perhitungan cut and fill
Perhitungan cut and fil/diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan tanah urug. Perhitungan volume tanah urug dapat diperoleh dengan mempergunakan alat bantu, yaitu planimeter.
2. Penyesuaian terhadap Sirkulasi
a. Pembentukan muka tanah erat kaitannya dengan sirkulasi yang dirancang. Sirkulasi pejalan kaki atau kendaraan perlu memperhatikan patokan standar, sistem konstruksi, ketebalan penampang sirkulasi dan kekuatannya.
b. Pada sirkulasi yang mendaki atau menurun, perlu dipertimbangkan sudut kemiringan jalan. Bilamana diperlukan tangga maka penggunaan standar ketinggian anak tangga menjadi pertimbangan agar sudut kemiringan tangga tidak terialu curam. Penggunaan border (lantai rata di antara anak tangga berfungsi sebagai tempat ber¬istirahat dan mengurangi kecuraman tangga) kemungkinan diperlu¬kan. Semua ini akan mempengaruhi pembentukan muka tanah yang disesuaikan dengan desain pola sirkulasi yang diinginkan.
c. Demikian pula sirkulasi pada daerah datar namun di desain dalam posisi yang berkelok ke kiri atau ke kanan, maka penyesuaian kemiringan muka tanah perlu dipikirkan. Dimaksudkan, agar tercipta kenyamanan dan keamanan pemakai sirkulasi terutama pada sirkulasi bagi kendaraan yang berkecepatan tinggi.
3. Pengaruh Aliran Air
a. Pembentukan dan pengolahan muka tanah akan menyebabkan terjadinya perbedaan ketinggian tanah. Bila ini terjadi maka akan timbul masalah tergenangriya air pada titik terendah yang menyebabkan banjir serta tanah longsor.
b. Mempertimbangkan masalah yang diakibatkan oleh hujan.
c. Dengan kesadaran bahwa akan terjadi aliran air, maka perlu dipikirkan sistem drainase (saluran pembuangan) permukaan, subsistem aliran air bawah tanah.
2. Struktur dalam Lansekap
Pengetahuan tentang struktur dalam lansekap didasarkan pada hal
hal berikut.
a. Pengetahuan Material atau Bahan Lansekap
Telah di uraikan pada bahasan terdahulu tentang material atau bahan lansekap yang dipergunakan dalam merancang. Dalam struktur konstruksi, penguasaan material atau bahan lansekap perlu dipahami, dikuasai tentang bentuk, fungsi, ukuran, warna, kekuatan, sistem pemasangan, serta pengaruhnya terhadap bahan lainnya.
b. Dasar Ilmu Mekanika dan Keseimbangan
Struktur konstruksi dalam desain berkaitan erat dengan ilmu mekanika teknik. Penguasaan terhadap ilmu mekanika sangat berguna untuk mengetahui kekuatan suatu bahan atau material terhadap gaya tekan dan gaya tarik yang terjadi. Demikian pula dengan memadukan suatu bahan terhadap bahan lainnya.
c. Teknik Konstruksi Kayu
Konstruksi banyak digunakan dalam desain lansekap. Kecenderungan penggunaan bahan kayu ini disebabkan karena tekstur kayu serta warna kayu lebih menampilkan kesan alamiah. Oleh karenanya cars mengikat dan sistem penyambungan kayu perlu dikuasai. Demikian pula struktur konstruksi kayu. Perihal jenis kayu perlu dipelajari, karena setiap jenis kayu mempunyai kelebihan dan kekurangan pada suatu kondisi tertentu ataupun terhadap cuaca yang terjadi serta serangan rayap.
d. Teknik Konstruksi Beton
Beton adalah campuran antara semen, pasir, air, dan koral. Kekuatan material beton jauh lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan material kayu. campuran beton mempunyai perbandingan tertentu tergantung dari beban ketahanan yang diinginkan (baca buku standar Mutu Beton Indonesia). Dalam Arsitektur Lansekap, beton banyak digunakan untuk membentuk permukaan jalan setapak, pedestrian, bangku taman, tembok pembatas, dinding penahan tanah, pondasi lampu taman, bak bunga, kolam hias, dan kolam air mancur.
Beton bertulang adalah beton yang diberikan penulangan (besi beton dengan ukuran diameter tertentu) di dalamnya, agar daya kekuatan beton dan kelenturannya bertambah kuat. Untuk membentuk beton diperlukan adanya cetakan beton atau bekisting yang dapat terbuat dari papan kayu, multipleks, atau cetakan besi. Melalui cetakan tersebut, bentuk dirancang dan digubah sesuai dengan fungsi dan estetika yang diinginkan.
e. Teknik Rekayasa Pengamanan Muka Tanah
Dengan adanya pengolahan bentuk tanah melalui sistem grading, kemungkinan akan terjadinya longsor terutama pada bentuk permukaan tanah yang mempunyai sudut kemiringan yang terjal. Untuk itu diperlukan adanya Dinding Penahan Tanah (DPT) atau Retaining Wall.
Hal yang perlu diperhatikan dalam rancangan DPT adalah faktor kekuatan DPT, bentuk struktur DPT, dan penampilan luar DPT.
a. Faktor kekuatan DPT
Sangat tergantung dari gaya yang terjadi dari kemiringan tanah yang langsung mendorong dinding penahan. Bila perhitungan gaya tersebut telah diketahui, maka besaran dan ketebalan dinding dapat diperhitungkan. Artinya, DPT sangat tergantung dari perhitungan gaya tekanan tanah terhadap dinding.
b. Bentuk struktur DPT
Mempunyai 2 (dua) bentuk dasar yaitu:
1. Bentuk DPT tegak, biasanya digunakan untuk menahan tanah dengan pengaruh gaya yang kecil dan sudut kemiringan yang datar.
2. Bentuk DIPT bersepatu, mempunyai 2 (dua) bentuk yaitu bentuk L dan bentuk T terbalik. Bentuk L dipergunakan untuk menahan tanah dengan sudut gaya sedan (sesuai perhitungan), sedangkan bentuk T terbalik biasanya digunakan untuk menahan tanah dengan gaya yang besar.
f. Rekayasa Penanaman
Konstruksi pada penanaman pohon terbagi dalam beberapajenis, yaitu
• rekayasa penanaman pohon besar,
• rekayasa penanaman pohon perdu,
• rekayasa penanaman tanaman hiss, dan
• rekayasa penanaman tanaman rumput.
Rekayasa penanaman dapat dilihat dari tempat peletakannya, yaitu
1. penanaman pada permukaan tanah,
2. ,penanaman pada tempat khusus, antara lain bak tanaman dan pot tanaman, dan
3. penanaman pada permukaan air.
Hal yang perlu diperhatikan dalam rekayasa penanaman adalah
1. kondisi tanaman yang akan ditanam,
2. metode penanaman,
3. kondisi tanah/media tanah, dan
4. pasca penanaman.
1. Kondisi tanaman yang akan ditanam
Kondisi tanaman yang hendak ditanam perlu dijaga kesehatannya. Tajuk tanaman harus dikurangi dan diikat agar tidak rusak pada saat penanaman. Pengurangan tajuk tanaman berguna untuk mempermudah
saat penanaman, memperkecil kebutuhan makanan bagi tanaman, dan mempermudah penyesuaian terhadap lokasi tempat yang baru.
2. Metode penanaman
Metode penanaman harus memenuhi standaryang telah ditetapkan. Pohon yang akan ditanam di permukaan tanah perlu dipertimbangkan ukuran dari lubang peletakan akar tanaman. Besaran lubang tanaman disesuaikan dengan kondisi besaran tanaman pada saat ditanam. Biasanya kedalaman lubang sekitar 1 (satu) meter dengan ukuran 1 x 1 meter. Agar tanaman dapat tumbuh dan menyesuaikan diri pada tempat tumbuh yang baru, maka perakaran harus diberikan rangsangan dengan memberikan pupuk kandang yang disatukan dengan media penutup lubang.
3. Kondisi tanah/media tanah
Tanah tempat tanaman hidup harus diperhatikan pH (derajat keasamannya). Melalui pemeriksaan di laboratorium dapat diketahui kondisi pH tanah. Nilai pH tanah yang normal adalah 7. Bila kurang dari 7, maka tanah tersebut mempunyai reaksi tanah asam, agak asam, atau sangat asam. Untuk menormalkannya perlu ditambahkan kapur dolomityang ditaburkan pada tanah tersebut. Sedangkan bila pH tanah menunjukkan nilai di atas 7 maka tanah mempunyai reaksi tanah basa, agak basa, atau sangat basa. Untuk menormalkannya perlu ditambahkan belerang yang ditaburkan di atas tanah tersebut. Namun perlu diketahui ada beberapajenis tanaman yang dapat tumbuh di bawah atau di atas pH normal. Sebagai contoh, tanaman teh, memerlukan pH 5. Tanaman Azalea memerlukan pH di atas 7.
4. Pasca penanaman
Setelah penanaman pohon selesai dilakukan perlu diberikan steger atau penahan tegak tanaman. Peletakan steger perlu pula memperhatikan letak akar dari pohon yang ditanam. Steger dapat dibuat dari kayu dolken, bambu, atau kawat penahan. Ketinggian steger tanaman adalah 1/3 dari tinggi tanaman yang ditanam. Agar steger tidhk merusak batang tanaman, maka diperlukan karet atau bahan pembungkus lunak yang melindungi batang pohon dari ikatan steger.
3. Sistem Utilitas dalam Lansekap
Yang dimaksud dengan utilitas lansekap atau sarana penunjang dalam suatu sistem rekayasa lansekap antara lain sebagai berikut.
a. Sistem Irigasi Penyiraman
Sistem irigasi penyiraman bagi suatu rancangan lansekap dipandang penting, mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat dilakukan secara manual ataupun secara mekanik. Secara manual dimaksudkan dengan mengambil air dari sumber air dan disiramkan dengan menggunakan tenaga manusia. Sedangkan sistem mekanik, yaitu memanfaatkan teknologi irigasi dan pompanisasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sistem penyiraman antara lain:
1. tersedianya sumber air,
2. kekuatan daya dorong air,
3. sistem perpipaan,
4. peletakan titik keran air (outlet), dan
5. sistem keran air.
1) Tersedianya sumber air
Sumber air dapat diperoleh dari dalam tanah dengan mempergunakan pompa ataupun diperoleh dari sumber air yang telah tersedia di lapangan. Kedalaman air tanah akan mempengaruhi jenis dan kapasitas pompa penyedot air.
Beberapa jenis pompa antara lain pompa di atas tanah (centrifugal pump) dihubungkan dengan pipa untuk mencapai sumber air, pompa submersible (pompa yang langsung berhubungan dengan air, tanpa pipa penyedot), dan pompa turbin (turbine pumps).
Sumber air dapat dicari dan ditempatkan pada lokasi yang berdekatan dengan daerah pemeliharaan. Untuk mengurangi beban tenaga listrik,
air dapat terlebih dulu ditampung pada tangki air (water tank) yang ditempatkan pada ketinggian tertentu di atas muka tanah. Dengan demikian penyiraman dilakukan dengan memanfaatkan daya gravitasi bumi.
2) Sistem perpipaan
Unsur lain yang penting dari sistem irigasi lansekap adalah perpipaan.
Dari segi bahan, pipa dikenal antara lain pipa besi (iron pipe) dan pipa plastik (pvc pipe). Pipa PVC dianggap lebih balk karena dapat menahan karat, mudah dibentuk dan disambung. Kelemahannya mudah pecah dan rusak. Besaran dan ketebalan lubang pipa akan mempengaruhi tekanan dan volume keluaran air yang diinginkan. Diperlukan perhitungan dalam menentukan volume air yang dihasilkan. Semakin dekat dengan sumber air, penggunaan ukuran lubang pipa semakin besar. Semakin dekat dengan lubang outlet lubang pipa semakin kecil. Sesuai standar ukuran lubang pipa terdiri dari ukuran (dalam inci) adalah 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 2; 3; 4; 6. Untuk penyambungan dikenal adanya Elbow, Tee, dan Kee.
3) Keran air
Outlet air penyiraman dapat diatur dengan menentukan bentuk dan sistem yang diinginkan. Berbagai jenis keran air penyiraman antara lain, keran biasa, keran pith (pith krant), dan keran springkel (sprinkle krant).
Keran biasa akan menghasilkan keluaran air hanya satu tempat sehingga daerah penyiraman sangat terbatas dan diperlukan selang untuk memperpanjang jarak siram. Sedangkan sistem springkel keluaran air dapat berputar secara otomatis hingga daerah siraman bertambah lugs dan melebar.
b. Sistem Penerangan Luar (Outdoor Lighting System)
Perancangan desain lansekap tanpa disertai pemikiran tentang penerangan ruang luar belumlah lengkap. Ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari namun perlu dipikirkan pemanfaatan di malam hari.
Beberapa faktoryang perlu diperhatikan dalam perancangan lansekap guna penerangan luar, yakni
a. peletakan jaringan kabel,
b. peletakan titik lampu/titik penerangan, dan
c. bentuk dan jenis lampu.
a. Peletakan jaringan kabel
Kabel agar diusahakan diletakkan di dalam suatu jaringan bawah tanah yang terlindung dari gangguan perakaran tanaman. Dalam hal sistem jaringan kabel ini agar diperhatikan antara lain:
1. panel pembagi arus listrik dari sumber penerangan (PLN),
2. boks sekring guna pengamanan arus listrik,
3. penggunaan jenis kabel (khusus untuk kabel penerangan luar dapat dipergunakan jenis NYM atau khusus),
4. ukuran besaran dan ukuran kabel (sesuai kebutuhan kekuatan arus listrik yang diinginkan),
5. sistem jaringan (paralel atau Seri), dan
6. pengamanan sambungan antarkabel.
Untuk mengurangi biasa pemakaian lampu penerangan luar dapat dipergunakan automatic switch solarce//(Iampu akan nyala di malam hari dan padam di siang hari).
Untuk penerangan luar ini perlu dilakukan koordinasi dengan ahli Mekanikal Elektrikal (ME).
b. Peletakan titik lampu
Titik lampu perlu dipikirkan dari segi peletakannya. Peletakan lampu harus sesuai dengan tujuan desain yang diinginkan. Walaupun fungsi lampu berguna untuk menghasilkan cahaya penerangan, namun aspek penekanan cahaya dapat didesain oleh perancang. Hal yang perlu dipikirkan adalah
1. peletakan cahaya lampu guna keperluan keamanan,
2. peletakan lampu guna menghasilkan efek cahaya yang diinginkan terhadap suatu ruang (cahaya dapat menghasilkan bayang¬bayang guna pembentukan desain ruang luar tergantung dari sudut datangnya cahaya lampu), dan
3. peletakan cahaya lampu untuk memfokuskan suatu objek.
c. Bentuk dan jenis lampu
Saat ini sudah tersedia berbagai bentuk jenis dan model lampu yang telah dihasilkan oleh produsen. Namun penggunaannya mesti disesuaikan dengan tujuannya. Secara garis besarjenis lampu dapat dibagi dalam 3 kategori, yakni sebagai berikut.
1. Lampu dengan titik cahaya di atas tinggi manusia, misalkan lampu jalan dan lampu pedestrian. Dengan ketinggiannya maka cahaya yang dihasilkan akan menerangi daerah yang lebih luss.
2. Lampu dengan titik cahaya di bawah tinggi manusia, misal lampu taman dan ornamen lampu. Lampu jenis ini akan menghasilkan cahaya yang mengarah pada suatu fokus. Agar cahaya tidak langsung menuju ke mata, maka desain lampu hampir kebanyakan diberikan penutup.
3. Lampu sorot (spot light), untuk menghasilkan cahaya yang langsung mengarah ke suatu objek yang ingin ditonjolkan.
4. Gambar-Gambar Kerja
Suatu hal yang penting dalam desain lansekap adalah membuat gambar kerja yang menjadi patokan dalam pelaksanaan konstruksi/ pembangunan di lapangan. Gambar kerja ini harus memberikan informasi yang jelas terutama dari segi bentuk desain dan ukuran (tinggi, panjang, dan lebar), penggunaan skala yang baku, jenis bahan/material yang dipakai, simbol-simbol konstruksi, dan kejelasan lokasi di lapangan.
moga ini bisa bermanfaat ......!!!
4 komentar:
seguud. izin sedot gan..
Saran ; kalo bisa ditambahkan gambar sebagai pemvisualisasikan tulisan yang sudah di terangkan
izin kopi yah gann, ntapp sekalii
Assalamualaikum, bisa di share mengenai sumbernya? Entah itu melalui buku atau media elektronik lainnya? Terimakasih mas. Itu akan sangat membantu
Posting Komentar